Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mungkinkah Post Power Syndrome Menerpa Guru Menjelang Pensiun?

24 Januari 2024   20:25 Diperbarui: 25 Januari 2024   20:05 2542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat berbincang dengan seorang sahabat guru yang tinggal tiga bulan lagi menjelang pensiun, ada beberapa nada kalimat yang disampaikannya dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan di akhir masa tugasnya dan rasa-rasanya,  apa yang diungkapkan itu sebenarnya merupakan beberapa gejala dari Post Power Syndrome.

Sebentar! Memangnya bisa seseorang yang berprofesi guru terkena post power syndrome? Padahal kita ketahui bersama bahwa jabatan guru bukanlah satu jabatan struktural yang dalam bekerjanya mempunyai bawahan atau "anak buah".

Guru adalah profesi dalam jabatan fungsional, yaitu tugas pokok dan fungsinya sudah jelas diatur dan berdiri secara individu dalam perencanaan pengajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian dari hasil proses belajar mengajar di kelas.

Baca Juga:  I hate Monday", Satu Indikator dari Posat Holiday Blues dan Solusinya

Jadi adalah satu hal yang aneh bila ada seorang guru yang mengalami post power syndrome menjelang masa pensiun dan pasca purna bakti sebagai seorang pendidik dan pengajar. Namun ingat, hal itu juga dimungkinkan bisa terjadi pada beberapa kasus yang terkadang jarang terekspos secara luas.

Memang apa sih Post Power Syndrome itu?

Dari beberapa sumber yang dirangkum, sebetulnya secara garis besar istilah post power syndrome itu adalah bayang-bayang pasca "kekuasaan" yang pernah dimilikinya selama menjadi pejabat dan meskipun sudah pensiun, terkadang perilaku, karakter dan gaya kehidupannya sehari-hari seolah-olah masih memegang peranan sebagai penentu keputusan dalam bersosialisasi di masyarakat.

Begini, ada beberapa individu yang self esteem-nya diwujudkan dalam bentuk aktualisasi di jabatan yang diembannya. Bila jabatan itu hilang, individu tersebut akan merasakan bahwa semangat hidup dan harga dirinya telah hilang. Merasa takut bahwa kelak tidak akan dihormati lagi atau sudah tidak orang yang memuji dan mengelu-elukannya.

Kondisi seperti itulah yang memicu adanya perubahan perilaku dan karakter pada mereka para penderita post power syndrome. Banyak yang merasakan kehilangan akan tujuan dari hidup ini sehingga timbul banyak kekecewaan yang beralasan pada dirinya.

Ilustrasi seorang guru yang menatap masa menjelang pensiun atau purna tugas. sumber gambar dokumen pribadi
Ilustrasi seorang guru yang menatap masa menjelang pensiun atau purna tugas. sumber gambar dokumen pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun