Dengan sedikit termenung, sekali lagi saya tatap hasil rekapitulasi nilai ujian semester ganjil pada mata pelajaran Bahasa Inggris untuk jenjang SMA di monitor laptop saya.Â
Rasanya masih tidak percaya bahwa rata-rata pencapaian hasil ujian per kelas yang baru saja dilaksanakan secara e-test dan paper test base, sangatlah jauh dari nilai yang diharapkan.
Bisa melebihi sedikit saja dari nilai patokan, yaitu kriteria ketuntasan minimal (KKM), itu saja sudah sangat memuaskan bagi saya sebagai guru.Â
Dari sini, saya mencoba menganalisa beberapa faktor yang menyebabkan hasil prestasi belajar dalam hal ini adalah hasil ujian semester menjadi turun drastis dibanding hasil beberapa tahun yang lalu.
Pertama, apakah nilai KKM (75) per mata pelajaran yang ditentukan di sekolah saya terlalu tinggi? Bila di benchmarking dengan sekolah lain, rasanya nilai 75 untuk minimal penguasaan materi tidaklah terlalu tinggi.Â
Bahkan, beberapa sekolah sudah menentukan KKM 80 sebagai standar minimalnya. Namun, rentang angka 52 sampai dengan 63 sebagai hasil nyata rata-rata per kelas saya rasanya sungguh sangat mengecewakan.
Kedua, Apakah tingkat kesulitan soal sudah terukur untuk jenis soal mudah, sedang dan sukar? Bila faktor itu, saya yakin bahwa bapak ibu guru menguasai semua jenis soal yang HOTS ( Higher Order Thinking Skills) atau kategori LOTS (lower Order Thinking Skills).Â
Sungguh mengherankan, dari hasil analisa butir soal ujian menunjukkan bahwa soal jenis mudah sampai sukar pada peserta tes, semuanya masuk pada kategori sukar, bahkan sangat sukar.
Ketiga, Dari cakupan materi yang disampaikan ke murid, mulai dari tema, kisi-kisi ujian dan penugasan rumah yang berstruktur sangatlah jelas mana yang akan diujikan untuk menjadi tolok ukur dan feedback (umpan balik) dari materi pelajaran yang harus dikuasai selama satu semester.Â
Bahkan, beberapa modul bahan ajar juga sudah saya berikan untuk dicetak dan dipelajari di rumah. Saya khawatir, mereka mengabaikan akan hal penting itu.