Seorang pria asal Bandung yang akrab disapa dengan nama Alshad Ahmad memiliki hobi yang tidak biasa. Selebgram kelahiran 25 Juni 1995 ini belakangan ini menjadi buah bibir warganet dikarenakan konten yang ia tampilkan di sosial media menuai banyak sekali pro dan kontra. Ia sering kali membagikan konten yang membahas dan menampilkan kegiatan hariannya bersama dengan satwa yang dipelihara di kediamannya. Hal tersebut membuat banyak kritikan dan komentar tentang dirinya yang dinilai tidak mengutamakan edukasi konservasi satwa liar.
Alshad Ahmad telah memiliki 3 ekor harimau bengala yang diberi nama Selen dan sepasang harimau Jinora (betina) dan Ehsan (jantan). Ketiga ekor harimau ini sering kali menjadi pemeran utama dalam konten-konten YouTube Alshad Ahmad ini. Selebgram ini merupakan public vigure yang memiliki pengikut dari berbagai usia dan kalangan yang menyaksikan dan menikmati konten-konten yang Alshad suguhkan.
Saat ini di Indonesia sudah banyak sekali kasus perdagangan dan pemburuan illegal satwa liar, masyarakat masih sulit untuk membedakan satwa yang dilindungi serta yang dapat secara legal diperjualbelikan. Warganet mengecam bahwa dengan adanya Alshad Ahmad dalam memperlihatkan kesehariannya bermain secara bebas dengan harimau adalah tindakan yang kejam dan juga tidak patut untuk dipertontonkan. Menjadi salah satu contoh kontennya yang membawa harimau ke public space dan berbuka puasa bersama dengan manusia. Dalam berjalannya waktu maka masyarakat dan para penonton Alshad Ahmad yang tidak tahu usia dan bagaimana latar belakangnya akan menormalisasikan tindakan tersebut atau memicu adanya perasaan ingin ikut memilihara satwa liar. Â
Dengan ini memilihara satwa liar bukanlah suatu pilihan yang tepat. Kita tidak tahu bagaimana pola pikir dan cara kerja satwa tersebut secara mendalam. Satwa liar yang kita tidak tahu bagaimana kondisi alaminya bagaimana sehingga dapat menyebabkan penularan penyakit ke manusia karena adanya kontak yang erat antara manusia dengan satwa. Satwa liar pun tidak akan pernah melupakan sifat agresifnya yang sudah mandarah daging pada dirinya. Hewan dalam kondisi terancam akan secara naluriah mengeluarkan sifat agresifnya dan masih banyak kasus-kasus di dunia yang dimana pemeliharaan satwa menyerang sang pemilik. Dengan dipilihara dan tidak menyesuaikan habitatnya kita sama saja dengan menghilangkan kesempatannya untuk hidup dan tumbuh di habitat aslinya, sekuat apapun usaha manusia dalam pelaksanaan peniruan habitat asli mereka, itu tidak akan cukup dengan kondisi alamiah yang ada.
Dalam penerapan animal walfare pemeliharaan satwa liar harus menerapkan lima prinsip yang ada. Lima prinsip itu meliputi satwa bebas dari rasa takut dan penderitaan, bebas dari kelaparan dan rasa haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa sakit luka dan penyakit, serta bebas dalam berperilaku normal dan alami. Dengan adanya pemeliharan satwa liar ini telah melenceng dan tidak memperhatikan kesejahteraan hewan pada poin ke lima yaitu bebas dari berprilaku normal dan alami. Perlakukan dengan pelanggaran lima poin kesejahteraan hewan ini akan berpengaruh pada kesehatan satwa tersebut. Dapat membuat kondisi satwa yang cenderung memburuk, depresi, berpenyakit, hingga yang paling fatal pada kematian.
Domestikasi suatu spesies bisa memakan waktu berabad-abad. Kucing dan anjing domestik dulunya liar, dan pada mereka yang tidak memiliki rumah, kita masih dapat mengamati perilaku yang benar-benar liar, dengan ini maka insting mereka akan terus  berjalan dan genom mereka tidak akan terlupakan. Memilihara satwa liat dan terancam punah merupakan kegiatan yang illegal dan tidak menerapkan animal walfare dalam kehidupannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H