Kampus Merdeka merupakan salah satu gebrakan terbaru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang banyak memikat perhatian publik satu tahun kebelakang ini, khususnya bagi kalangan mahasiswa. Melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2020, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melahirkan program Kampus Merdeka. Hal yang menjadi sorotan publik, yaitu Kemendikbud memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengikuti proses pembelajaran di luar program studinya dan di luar kampus asalnya. Hal ini dilatarbelakangi karena urgensi perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia, mahasiswa harus disiapkan untuk menghadapi era persaingan global.
Mas Menteri, begitu panggilan akrab Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim meluncurkan berbagai Program Kampus Merdeka seperti program Magang dan Studi Independen, Kampus Mengajar, Pertukaran Mahasiswa Dalam Negeri, Wirausaha, Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA), praktisi mengajar, dan banyak program menarik lainnya. Sejak awal program-program kampus merdeka ini diluncurkan, banyak menarik perhatian ratusan ribu mahasiswa dari seluruh penjuru Indonesia. Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) menjadi program yang paling banyak diminati mahasiswa. Hal ini dibuktikan sejak angkatan pertama, antusiasme mahasiswa yang mendaftar Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) di angka ratusan ribu pendaftar. Selain itu, banyak perusahaan, industri, dan lembaga pemerintahan juga berlomba-lomba mendaftar untuk menjadi mitra Kemendikbud untuk menjadi pihak mitra penyelenggara program Magang dan Studi Independen Bersertifikat.Â
Salah satu mitra Kemendikbud yang menawarkan program Magang adalah Pemerintah Kota Kediri. Pada angkatan pertama Pemkot Kediri memberikan kesempatan mahasiswa Indonesia untuk berkontribusi pada program Scale-Up Prodamas Plus. Prodamas Plus sendiri merupakan salah satu program unggulan dari Pemerintah Kota Kediri. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk melakukan scale-up dengan inovasi-inovasi dan menerapkan ilmu pengetahuannya selama duduk di dunia perkuliahan.
Menurut penuturan salah satu mentor yaitu Paulus Budi Prasetyo, "Biasanya kalian hanya berenang di kolam renang saja, disini kalian akan saya ajak berenang langsung di lautan, biar kalian merasakan langsung terjangan arusnya yang deras." Pada umumnya mahasiswa hanya duduk di kelas dan menerima materi teoritis saja. Namun pada kenyataannya, teori dan realita di lapangan terkadang jauh berbeda, sehingga perlu adanya transformasi pendidikan di perguruan tinggi. Oleh karena itu melalui program Magang dan Studi Independen Bersertifikat ini mahasiswa akan diajak untuk memperoleh pengalaman dan belajar di lapangan secara langsung.
Melalui program ini, mahasiswa dari berbagai lintas program studi, perguruan tinggi, dan daerah asal saling berkolaborasi membuat inovasi-inovasi dan terobosan yang membawa dampak besar bagi kesejahteraan masyarakat. Sebelum merumuskan rancangan scale-up, mahasiswa yang telah terbagi menjadi 6 divisi terlebih dulu terjun ke masyarakat untuk melakukan survei dan wawancara bersama dengan masyarakat. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan dan kebutuhan apa yang dibutuhkan masyarakat. Selain berdiskusi bersama kelompok masyarakat, mahasiswa juga diajak untuk berdiskusi bersama dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk memperoleh data pendukung dan masukan-masukan.Â
Setelah memperoleh data yang dibutuhkan, langkah selanjutnya yaitu perumusan kebijakan atau program yang nantinya akan dilakukan pilot project. Selama proses perumusan, mahasiswa dari masing-masing divisi ini diberikan pendampingan penuh dari mentor-mentor yang berkompeten di bidangnya. Dalam proses perumusan ini, mahasiswa melewati proses yang cukup panjang, dengan berbagai masukan berupa kritik dan saran dari banyak pihak. Pada tahap akhir perwakilan mahasiswa dari masing-masing divisi mempresentasikan program rumusannya di depan Walikota, mentor, kelompok masyarakat dan perwakilan Organisasi Dalam Pemerintah (OPD).Â
Selain dapat mengimplementasikan ilmu dan teori yang telah diperoleh di dunia perkuliahan serta dapat belajar langsung mendalami dan mengkaji permasalahan yang ada di masyarakat. Esensi magang pada kenyataannya lebih dari itu. Pada program ini mahasiswa berasal dari seluruh Indonesia dari Jayapura hingga Aceh, terdiri dari lintas program studi dan perguruan tinggi berbaur menjadi satu dan berkolaborasi selama kurang lebih 5 bulan lamanya. Mahasiswa pun berkesempatan untuk sharing dan mengenal berbagai budaya, bahasa, dan nilai-nilai daerah setempat maupun daerah asalnya. Hal ini dibuktikan saat penyambutan peserta magang di Balai Kota Kediri, mentor meminta salah seorang peserta yang berasal dari Aceh untuk menyanyikan lagu daerah aceh yaitu Bungong Jeumpa. Selain itu, di akhir kegiatan Walikota Kediri pun memberikan kenang-kenangan berupa Tenun Ikat Khas Kota Kediri kepada masing-masing peserta.Â
Melalui program magang ini, tidak hanya sekedar mengasah soft-skill maupun hard-skill, ataupun hanya sekedar mengimplementasikan teori di bangku kuliah. Namun esensi sesungguhnya mahasiswa juga dapat mengenal teman-teman baru dari berbagai lintas program studi dan daerah asal, mengenal berbagai macam nilai, kebiasaan dan kebudayaan. Saling beradaptasi dan berkolaborasi walaupun dengan latar belakang yang berbeda. Hal inilah yang menjadi pengalaman yang tidak kalah bermakna dan berharga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H