Polisi mulai menyelidiki latar belakang Nareswari dan menemukan beberapa kejanggalan dalam hidupnya. Kejahatan-kejahatan yang sebelumnya dianggap kecelakaan atau tindakan acak mulai terlihat memiliki pola yang mengarah pada satu orang. Kasus pertama adalah kematian seorang tetangga yang dianggap terlalu cerewet, yang tewas karena keracunan gas yang dicurigai berasal dari pemasangan yang salah. Nareswari adalah satu-satunya orang yang bisa mengakses rumah tetangga itu tanpa menimbulkan kecurigaan.
Kejahatan lainnya adalah kecelakaan yang menimpa seorang rekan kerja yang pernah memarahi Nareswari di depan umum. Mobil rekan kerja itu mengalami rem blong saat menuruni jalan curam, menewaskannya seketika. Bukti-bukti yang ditemukan kemudian mengarah pada sabotase yang dilakukan dengan sangat teliti.
Alasan di balik kelainan psikopat Nareswari ternyata berakar dari masa kecilnya yang penuh tekanan. Ayahnya, seorang pria yang sangat disiplin, sering memperlakukan Nareswari dengan keras, baik secara fisik maupun mental. Ibunya, seorang wanita yang pasif, tidak pernah membela Nareswari dan selalu tunduk pada suaminya. Nareswari tumbuh dengan kebencian mendalam terhadap orang-orang yang dianggapnya menghalangi jalannya atau mengancam posisinya. Perasaan tidak berdaya yang dirasakannya selama masa kecil bertransformasi menjadi dorongan untuk mengontrol dan menghancurkan orang lain sebagai bentuk pelampiasan.
Nareswari yang merasa semakin terpojok, mulai merencanakan langkah berikutnya dengan lebih hati-hati. Dia tahu bahwa satu-satunya cara untuk menyelamatkan dirinya adalah dengan menghilangkan Sinta selamanya.
Nareswari menyusun rencana yang lebih kejam dan berbahaya. Dia menyusup ke rumah sakit tempat Sinta dirawat, dengan menyamar sebagai salah satu staf medis. Dengan keahlian yang dimilikinya, Nareswari berhasil memasuki ruang perawatan Sinta tanpa ada yang curiga. Di sana, dia menyuntikkan cairan mematikan ke dalam infus Sinta.
Namun, nasib kembali tidak berpihak pada Nareswari. Seorang perawat yang curiga melihat gerak-geriknya segera memanggil bantuan. Nareswari yang ketahuan mencoba melarikan diri, namun polisi yang telah berjaga di sekitar rumah sakit berhasil menangkapnya. Nareswari dibawa ke kantor polisi untuk diinterogasi.
Di kantor polisi, Nareswari awalnya bersikeras tidak bersalah. Namun, dengan bukti-bukti yang ditemukan di rumahnya dan pengakuan Sinta, dia akhirnya tidak dapat mengelak lagi. Nareswari mengakui semua kejahatannya, mulai dari rencana pembunuhan beruntun hingga upayanya untuk melenyapkan Sinta.
Para penyidik yang mendengarkan pengakuan Nareswari tidak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka. Bagaimana mungkin seorang wanita yang begitu cantik, alim dan terlihat baik bisa melakukan kejahatan sekejam itu? Nareswari hanya tersenyum dingin, tanpa menunjukkan sedikit pun penyesalan.
Nareswari dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas kejahatan-kejahatannya. Keluarganya yang tidak percaya dengan apa yang terjadi, merasa hancur dan terpukul. Mereka tidak pernah menyangka bahwa Nareswari, anak yang selalu mereka banggakan, ternyata menyimpan kegelapan yang begitu dalam.
Sinta yang berhasil selamat dari upaya pembunuhan Nareswari, berusaha untuk melanjutkan hidupnya dengan tenang. Namun, bayangan Nareswari dan kengerian yang dialaminya akan selalu membekas dalam ingatannya.
Di penjara, Nareswari tetap menjalani hari-harinya dengan tenang, tanpa penyesalan. Baginya, semua yang telah dia lakukan adalah bagian dari rencana besar yang telah dia susun dengan sempurna. Dia hanya menunggu waktu untuk kembali melanjutkan rencananya, kapanpun itu memungkinkan.