Mohon tunggu...
Earl Grey
Earl Grey Mohon Tunggu... -

Hobi saya selain berwisata kuliner, travelling, snokeling, juga penggemar musik dan film. Saat ini kegiatan saya selain belajar photografy juga sedang belajar menulis, umumnya saya menulis puisi dan sharing pengalaman tentang travelling (budayanya, bahasa, makanan, kebiasaan dan objek wisatanya) nah bagi yang tertarik dengan tulisan saya (yang masih tahap belajar) silakan berikan komentar dan kririk yang membangun :)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Cerita dari Wakatobi

7 Juni 2012   06:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:18 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena punya hobi melakukan aktivitas snorkeling saya mulai mencari tahu akan keindahan Taman Nasional Kepulauan Wakatobi yang kabarnya merupakan taman laut terbesar kedua setelah Taman Nasional laut Teluk Cendrawasih di Papua. Di kepulauan ini, banyak orang mengagumi pesona Karang Kaledupa yang merupakan karang terluas dan terpanjang di Indonesia, tak heran karena letaknya berada di kawasan Segitiga Terumbu Karang Dunia.

Menurut informasi kepulauan Wakatobi memiliki 25 gugusan terumbu karang. Terumbu karang tersebar di antara 37 pulau yang ada. Di kepulauan ini, baru enam pulau saja yang dihuni. Sementara hanya 11 pulau yang memiliki nama. Sisanya, 31 pulau masih tak bernama dan belum dikelola. Kajian ekologi yang dilakukan The Nature Conservancy (TNC) dan World Wide Fund for Nature (WWF) pada tahun 2003 menemukan 396 jenis karang batu penyusun terumbu karang. Di kawasan itu, sebanyak 590 jenis ikan ditemukan berkembang biak. Wakatobi layak mengklaim sebagai surga nyata bawah laut di jantung segitiga terumbu karang dunia yang meliputi enam negara, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Niugini, Pulau Solomon, dan Timor Leste. Taman Nasional Wakatobi memiliki 750 jenis terumbu karang dari 850 jenis terumbu karang di dunia. Dari tiga pusat penyelaman kelas dunia, Wakatobi lebih unggul, kabarnya Karibia hanya memiliki 50 jenis terumbu karang, sedangkan Laut Merah (Mesir) punya 300 jenis terumbu karang, amazing bukan?

Sayangnya transportasi dari jawa masih terbilang mahal dan tidak mudah, dan walaubagaimanapun  harus berganti pesawat baling-baling dari Baubau jika akan menuju kesana, walau begitu ada alternatif kapal laut yang memakan waktu 9-10 jam yang buat saya kurang efisien. Tak hanya transportasi udara, akses dari pulau ke pulau saya bilang masih poor. Akomodasi yang ada sejauh ini diperuntukan untuk perputaran pengambilan barang dan pangan saja, bukan untuk turis, tak heran kapal kayu yang tempat duduknya kurang nyaman dan kotor ini kurang ideal untuk perjalanan laut yang memakan watu 2-3 jam antar pulau nya. Harapan saya sih kedepan nya pengadaan kapal feri cepat bagi turis yang ingin meng-explore area ini, seperti contohnya feri-feri di area Phuket- Thailand, selain bisa meng-explore banyak area juga memperkenalkan kecantikan negerinya pada seluruh turis yang datang dari penjuru dunia. Dengan banyaknya kapal feri yang mengangkut dari satu pulau ke pulau lain  orang  juga otomatis akan membutuhkan Guide. Ini tentunya bisa memberikan pekerjaan bagi guide-guide baru yang sudah hapal area Wakatobi  di luar kepala. Selain itu pastinya pulau-pulau lain cantik bisa di jadikan pemasukan wisata, dipelihara dan dimaksimalkan penggunaannya.

Sayang, karena keterbatasan waktu dan biaya pula saya tidak sempat meng-explore seluruh Wakatobi. Saya hanya mampir sejauh Hoga, itupun sudah parno berhubung pergi pada musim air laut sehingga kapal cepat  yang menghubungkan Wanci dan Kaledupa sempat terombang ambing dengan dahsyat dan tidak itu saja, kapal sempat turun naik melawan ombak yang bergejolak saat itu, kabarnya itu tidak seberapa pada musim tertentu air laut sempat masuk memenuhi dalam kapal. Maka perjananan ke Tomia nya sendiri akhirnya saya tunda. Selain masalah biaya dan waktu. untuk mengunjungi tempat-tempat ini bepergian saaat musim air laut memerlukan nyali besar dan kesabaran karena waktu jarak tempuh yang tidak sebentar.

Maka karena kondisi diatas, saya sarankan pergilah pada musim dimana air laut sudah tenang, sayangnya menurut bapak yang saya temui disana, Tak hanya di Bandung, musim panas dan hujan nampaknya sudah tidak menentu, seharusnya awal Juni laut sudah lumayan tenang, namun masih berpotensi cuaca buruk dan hujan, karena itu pula ketika saya tiba di Baubau dari bandara Hasanudin Makassar pendaratan terpaksa ditunda karena jarak pandang pilot hanya 1 m (seharusnya minimal 5 m) maka pesawat terpaksa kembali ke Makassar. Sehingga total perjalanan saya yang harusnya memakan waktu 1 jam menjadi 3 jam, dikarenakan cuaca buruk.

Pengalaman saya sendiri dengan mengunjungi Pulau Hoga serba campur aduk, antara kagum dengan terumbu karang yang fantastis juga sport jantung setiap melihat biawak yang berkeliaran dan banyaknya tokek-tokek di kamar panggung tempat saya menginap, mungkin karena saya bukan penggemar reptil. Di pulau ini setahu saya hanya ada 2 penginapan yang satu milik orang Belanda dan yang satu lagi yang sekaligus merupakan tempat peneliti-peneliti yang datang dari luar negeri ini (Wallacea) dikelola oleh Pak Jupri.  Disana serba harus direncanakan selain harus contact dulu agar serba disediakan baik kebutuhan air dan makanannya, listrik hanya menyala dari jam 18-24 malam, kadang pagi-pagi jam 7-8 dinyalakan lagi, namun hanya beberapa jam saja kadang juga tidak. Air bersih hanya disediakan 1 galon setengah per orangnya.

13390475871627466470
13390475871627466470

Untuk mencapai karang cantik sendiri saya harus berjalan sekitar 300m  dari bibir pantai yang menurut saya lumayan sulit karena harus berjalan tersendat dalam air yang dipenuhi rumput laut, sebenarnya ada jembatan panjang yang mengarah ke lautan, namun sayang tidak ada tangga untuk turun. Awalnya saya agak kecewa karena terumbu karang di jarak 200 meter hanya beberapa karang kecil yang nampak mati dan kurang berwarna seperti yang saya temui di Gili trawangan namun rupanya mencapai 300 meter dari pantai inilah saya baru menemukan kumpulan terumbu karang yang sebenarnya. Sayangnya karena karang cantiknya berada jauh dari 3 meter kebawah, warna-warninya kurang kentara, namun masih keliatan luar biasa tentunya.  Tidak seperti di area Gelang 'Karimun Jawa' saya sempat mabuk mengagumi warna-warni berbagai terumbu karang dan ikan warna warni dari jarak 3-5 m dari permukaan air laut. Baru kali ini juga saya ber-snokeling di laut dalam tanpa baju pengaman.  Saya sampai takut melihat jurang berwarna biru menganga di bawah kaki saya, untungnya semua bisa terbayar dengan melihat indahnya terumbu karang yang luar biasa banyaknya.

1339047748643069043
1339047748643069043

Ketika saya hendak bertolak, Bapa2 yang juga kebetulan menginap disana baru menyebutkan bahwa ada area dibelakang pulau yang saya harus lihat karena lebih bagus dari yang di depan katanya. "yah Bapak bukan bilang dari kemarin-kemarin' ujar saya kecewa. Yup untuk area Hoga saja, pulau yang kecil ini nampaknya memerlukan minimal 3 hari untuk bisa meng-explore. Belum lagi ke area Tomia dan spot 'mari mabuk ' seperti yang orang-orang bilang. Jadi saya sarankan harus punya waktu 2 minggu kalo ingin meng-explore Wakatobi keseluruhan. Kabarnya di area Wangi-wangi juga terumbu karangnya bagus untuk di explore, namun saya memang lagi sial, waktu saya mau coba snorkeling di sana, tiba-tiba air lautnya surut dan pastinya tidak ideal untuk ber-snokeling.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun