Mohon tunggu...
Earl 07
Earl 07 Mohon Tunggu... -

here n now, be better n better :-)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Fahri, Kekuasaan dan ilusinya

31 Januari 2016   03:52 Diperbarui: 31 Januari 2016   04:28 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Mari langsung ke contohnya.

Kekuasaan sangat bergantung pada sumber kekuasaan tersebut. Ketika sumber kekuasaan hilang, maka holang pula kekuasaan itu. Sedang kekuasaan sendiri bukanlah benda berwujud seperti rantai. Kekuasaan ada dalam lingkupnya sediri2. Legitimasi hanya akan memunculkan kekuasaan dimana legitimasi itu diakui dan di junjung tinggi. Seorang polisi yang bisa menilang di Indonesia, tidak bisa menilang di Singapura, misal. Indonesia dan Singapura memiliki legitimasi berbeda soal hukumnya.

Sebagai catatan, pada akhirnya, kekuasaan ini digunakan untuk mencapai tujuan si pemiliknya. Bisa untuk kebaikan atau ketidakbaikan. pilihan ini sekali muncul bagi pemegang kekuasaan. Namun kekuasaan secara umum tidaklah mutlak. Terdapat kekuasaan lain yang menyeimbangkannya sebelumnya menjadi semena-mena. Kekuasaan mutlak, hanya akan menimbulkan kesewenang-wenangan. "Power tends to corrupt, absolutely power tend to corrupt absolutely". Karena manusia baik pun tidak terlepas dari ketidaksempurnaan melihat secara keseluruhan dan komprehensif untuk memutuskan yang terbaik. 

Fahri tergerak ke atas menjadi Wakil Ketua DPR melalui proses panjang, sebagaimana seorang meniti karir, dari pencapaian demi pencapaian yang didapatkannya. Namun kekuasaan itu, bisa dengan mudah sirna, lenyap, begitu saja ketika telah lengser dia dari posisinya. Ketika PKS berganti kepemimpinan, menjadi sohibul iman.

Studi mengenai kekuasaan bernama ilmu politik. Yang dibilang sampah. Dan banyak yang mencemoohnya. Meski sebenarnya semua berainggungan dengannya. Karena baju yang dia pakai telah terkena pajak, yang di putuskan melalui proses politik. 

Dalam politik, ada hal besar bernama kepentingan yang menggerakkan orang-orang yang berpolitik untuk saling bertemu dan menjajaki kepentingan-kepentingan lainnya, untuk kemudian memutuskan bergabung atau berpisah, atau melawan. Pertemuan-pertemuan kepentingan inlah yang menjadi dinamika politik, yang pada akhirnya adalah juga dinamika kekuasaan.

Tapi untuk apa sih kekuasaan?

Banyak pula orang mencemooh, bahwa kekuasaan hanya akan membuatkan orang menjadi rakus dan tidak adil. Ada benarnya. Tapi tidak hanya sekadar itu. Kekuasaan juga yang bisa menggerakkan kepada kebaikan. Seperti ketika Soekarno menggunakan keukasaannya untuk menyatakan kemerdekaan Indonesia mewakili bangsa Indonesia.

Studi kekuasaan juga adalah studi hukum.

Polisi yang menilang, adalah peristiwa dimana seorang Polisi, yang diberi kewenangan (baca:kekuasaan) oleh hukum negara, untuk menegakkan peraturan (baca:hukum) negara itu sendiri. Dalam hal ini, Polisi menjadi alat negara untuk menegakkan hukumnya. Dan hukum adalah aturan main. Dalam aturan main inilah kekuasaan terbagi. 

Tapi kekuasaan cenderung membuatkan orang koruptif, mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri. Karena memang begitulah, sifat alamiah dari kekuasaan. Menggoda pemiliknya untuk memperbesarnya, memperbesarnya, memperkuatnya, demi mewujudkan keinginan yang lebih besar dari pemiliknya. Keinginan yang besar ini, sebutin saja namanya ambisi, membuatkan manusia melupa darimana asal kewenangan Dan kekuasaan itu berasal Dan untuk tujuan apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun