Jalan perjuangan mahasiswa islam di negeri ini dimulai pada tahun 1947 pada saat seorang pemuda bernama Lafran Pane mengumumkan telah berdiri sebuah organisasi mahasiswa islam pertama di Indonesia, dengan ini lahirlah Himpunan Mahasiswa Islam (HmI).
Sebagai organisasi yang baru lahir, HmI terbilang cukup dihormati kala itu. terutama karena kiprahnya yang progresif sejak pertama kali berdiri. misalnya, pada 1948 saat terjadi pemberontakan PKI di Madiun, HmI ikut serta bersama TNI mengangkat senjata dalam penanganan kejadian ini, konon di sinilah lahir panggilan resmi dalam organisasi ini, yaitu 'Kanda' dan 'Yunda' sebagai kode sesama anggota HmI dalam peperangan tersebut.
Dari kejadian ini kemudian timbul dua akibat, pertama kesalutan TNI pada HMI seperti yang diungkapkan oleh jend. Soedirman "Hanya dua organisasi yang menjaga NKRI, pertama hijau-loreng(TNI) , dan yang kedua Hijau-Hitam(HMI)".
akibat yang kedua adalah munculnya dendam di antara dua kubuh, HMI dan PKI.
Sejak itu HMI kemudian berkembang pesat dan semakin kuat, terutama saat adanya perjanjian umat islam kala itu bahwa satu-satunya organisasi mahasiswa islam adalah HMI pada 1949 di gedung seni sono.
Namun perjanjian tersebut mulai goyah ketika Masyumi yang juga di dakwa menjadi partai islam satu-satunya bubar dan memecah menjadi beberapa partai. kejadian ini kemudian membuat NU ikut serta untuk membentuk partai sendiri, maka dengan dalih perkembangan NU membentuk Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia(PMII) pada 1960, yang kemudian diikuti oleh Muhammadiyah dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah(IMM) pada 1964 serta beberapa organisasi sejenis kemudian mengikuti di belakang.
Berbeda sedikit dengan HmI, PMII, serta IMM. Organisasi yang lahir sedikit terlambat adalah KAMMI.
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia ini di bentuk pada era reformasi, yaitu pada maret 1998.
dengan mengambil momentum Forum silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus(LDK) X di Universitas Muhammadiyah Malang(UMM). Itulah mengapa peran dari LDK tak bisa dilepaskan dari Organisasi ini.
Setelah reformasi, para tokoh elite KAMMI kemudian menginisiasi pembentukan partai keadilan yang kini dikenal sebagai Partai Keadilan Sejahtera(PKS). kendati begitu, secara tegas para tokoh tersebut mengungkapkan bahwa PKS tak memiliki hubungan formal dengan KAMMI.
ke-empat organisasi di atas memiliki peran, visi, dan ranahnya masing-masing dalam jalan perjuangan ini, meski dalam perkembangannya kemudian organisasi-organisasi ini sering kali saling bersaing, namun hal ini pasti kembali ke individu masing-masing orang serta bergantung pada situasi dan kondisi.
Toh dalam perkembangannya, tidak hanya sekali mereka bekerja sama dalam menangani suatu tantangan nasional, yang puncaknya saat para mahasiswa berusaha menumbangkan rezim orde baru, ke-empat organisasi ini saling membantu dalam perjuangannya.
ditulis dengan segenap apologis
karena minimnya sumber tertulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H