Gunung marapi di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, meletus pada Minggu, 3 Desember 2023, sekitar pukul 14.55 WIB. Warga sekitar di Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Agam panik dan berlari ke luar rumah saat erupsi terjadi. Zahra, salah satu warga, mengatakan bahwa dia tertidur ketika terdengar gemuruh keras. Minggu (3/12/2023), dia menyatakan, "Saya kira awalnya gempa, tapi tidak ada guncangan, kemudian ketika lari ke luar rumah baru terlihat erupsi di Marapi."Petugas Pengamat Gunung Marapi Ahmad Rifandi mengatakan pihaknya masih mengumpulkan informasi tentang letusan. "Saya sedang menulis laporan sekarang," katanya.
Riwayat Letusan Gunung Merapi di Sumbar
Sejak tahun 1800-an hingga terakhir pada Desember 2023, Gunung Marapi di Sumbar telah meletus lebih dari 50 kali. Berikut adalah daftar sejarah letusan Gunung Marapi di Sumbar:
- Tahun 1807-1822: Terjadi adanya suatu letusan
- Tahun 1822: Terjadi kepulan asap hitam kelabu, disusul leleran lava disertai sinar api
- merah tua. Setelah itu, terjadi asap dan awan debu selama setengah hari serta sinar api terus-menerus sampai keesokan harinya.
- Tahun 1833: Beberapa letusan kecil terjadi.
- Tahun 1834: Terjadi letusan kecil.
- Tahun 1845: Terdengar suara gemuruh dari dalam bumi dan terlihat api besar.
- Tahun 1854: Terjadi letusan abu selama beberapa hari.
- Tahun 1855: Terasa gempa bumi dan adanya tiang asap disertai suara gemuruh terus-menerus.
- Pada Januari 1856: Kadang-kadang terlihat pancaran api.
- Pada April 1861: Aktivitas meningkat.
- Tahun 1863: Terjadi letusan.
- Pada 24 April 1871: Terjadi hujan abu menuju tebal sampai ke Bukittinggi.
- Tahun 1876: Terlihat awan besar dan bongkah laca yang dimuntahkan sejauh 280 m.
- Tahun 1877: Aktivitas bertambah.
- Pada Desember 1878: Terdengar suara gemuruh selama 10 menit.
- Pada 5 Juni 1883: Terjadi letusan abu.
- Pada 27 Agustus 1883: Terjadi letusan abu.
- Pada Desember 1883: Terjadi erupsi kecil.
- Pada 12 November 1885: Terlihat tiang asap.
- Pada 31 Maret 1886: Terdengar suara gemuruh sebanyak 5 kali dan berlanjut dengan letusan abu disertai pasir.
- Tahun 1888: Terjadi letusan abu dan batu pijar sampai tengah malam.
- Tahun 1889, 1904, 1905, 1908, 1910, 1911, 1913: Terjadi aktivitas namun keterangan kurang jelas.
- Tahun 1916: Terjadi letusan kecil beserta hujan abu dan suara gemuruh.
- Tahun 1918: Dasar kawah merah terlihat.
- Tahun 1919: Terjadi ledakan dan awan abu.
- Tahun 1925: Terlihat sumbat lava hitam pada dasar kawah.
- T ahun 1927: Terdengar suara letusan dengan asap berbentuk kembang kol.
- Tahun 1929: Terjadi letusan abu dan lava pijar terlempar.
- Tahun 1930: Terlihat lava pada rekahan di dasar kawah.
- Tahun 1932: Terjadi letusan.
- Tahun 1949: Letusan abu diawali dengan suara gempa bumi.
- Tahun 1951: Letusan abu dari Kepundan Bungsu.
- Tahun 1952: Asap berbentuk kol kembang setinggi 2000 sampai 3000 m diikuti hujan abu.
- Tahun 1955-1958: Kenaikan aktivitas
- Tahun 1967: Kenaikan aktivitas.
- Tahun 1970: Kenaikan aktivitas
- Tahun 1971: Letusan abu di Kepundan B dan C
- Tahun 1972: Peningkatan kegiatan solfatara di Kawah B dan C dan Bungsu.
- Tahun 1973: Letusan gas asap dalam Kawah Verbeek.
- Tahun 1975: Letusan eksplosif disertai suara gemuruh dan lontaran material pijar darikawah Verbeek.
- Tahun 1977: Letusan dari kawah Verbeek.
- Tahun 1978: Letusan eksplosif di kawah Verbeek.
- Tahun 1980: Letusan eksplosif dengan suara gemuruh.
- Tahun 1981-1983: Peningkatan aktivitas.
- Tahun 1984: Letusan di Kawah Tuo.
- Tahun 1985: Peningkatan aktivitas.
- Tahun 1987: Letusan eksplosif.
- Tahun 1988: Rentetan letusan eksplosif. Disertai suara gemuruh dan sinar api.
- Tahun 1989: Terjadi letusan eksplosif dengan suara gemuruh dan sinar api.
- Tahun 1990: Kembali terjadi letusan eksplosif dengan gemuruh dan sinar api.
- Pada Oktober 2005: Letusan abu terjadi hampir setiap hari.
- Tahun 2017: Terjadi letusan.
- Pada Januari 2023: Terjadi erupsi.
- Pada Desember 2023: Kembali erupsi.
Sebagai informasi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) secara teratur memantau aktivitas Gunung Marapi di Sumbar. Selain itu, sejak tahun 1987 hingga sekarang, letusan Gunung Marapi telah diketahui bersifat eksplosif, dengan suara gemuruh, abu, pasir, lapili, dan kadang-kadang diikuti oleh lontaran material pijar dan bom vulkanik. Selain itu, karakteristik letusan Gunung Marapi di Sumbar diketahui berupa letusan eksplosif maupun efusif dengan masa istirahat rata-rata empat tahun, menurut informasi yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H