2. bandingkan dengan sumber lain
Jangan hanya bergantung pada satu sumber. Kita harus membandingkan informasi tersebut dengan sumber yang lain agar dapat dibuktikan konsistensi dan kebenarannya.
3. Waspada pada konten emosional
Kita harus waspada terhadap berita yang terlalu menonjolkan emosi, baik itu kemarahan, simpati, atau ketakutan, karena berita tersebut biasanya hanya dibuat untuk menarik perhatian. Sebagai pengguna yang bijak, kita harus menjadi kritis terhadap konten sejenis ini.
Saat kita mampu memfilter informasi secara kritis, kita turut membangun lingkungan digital yang lebih sehat, penuh dengan informasi yang dapat dipercaya. Yuk, jadikan literasi digital sebagai bekal utama dalam bermedia sosial agar kita bisa menjadi pengguna media sosial yang cerdas dan bertanggung jawab di era digital ini!
Referensi
- Chen, G. M. (2019). The Impact of Misinformation on Social Media. Journal of Media Studies, 32(1), 12-19.
- Koltay, T. (2011). The media and digital literacy in the light of the misinformation society. Journal of Media Literacy Education, 3(2), 15-22.
- Livingstone, S. (2004). Media Literacy and the Challenge of New Information and Communication Technologies. European Journal of Communication, 19(1), 6-8.
- Meikle, G. (2016). Social Media: Communication, Sharing and Visibility. New Media & Society, 18(4), 657-663.
- Pariser, E. (2011). The Filter Bubble: What the Internet Is Hiding from You. New York: Penguin Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H