Penggunaan minyak sawit sejauh ini telah banyak diterapkan pada industry-industri makanan, industry farmasi, industry kosmetik, industry logam, dan industry tinta cetak. Untuk bias digunakan sebagai bahan baku dalam industry tersebut, tentunya mutu minyak sawit harus benar-benar dijaga. Mutu minyak kelapa sawit harus benar-benar dijaga. Mutu minyak kelapa sawit bias dilihat dari beberapa parameter ukurnya. Sementara untuk menghasilkan minyak kelapa sawit bermutu, diperlukan tahapan pengolahan yang cukup panjang. Selain mutu, efisiensi pengolahan juga perlu diperhatikan sehingga produksi minyak kelapa sawit bias tercapai dalam jumlah maksimal.
Pahami Standar Mutu Minyak Sawit
Mutu minyak kelapa sawit sangat bias diukur dengan angka-angka dari minyak sawit itu sendiri. Beberapa criteria yang bias digunakan untuk mengukur kualitas minyak sawit harus dipahami benar oleh produsen jika ingin produknya diterima oleh konsumen, terutama konsumen luar negeri.
Pahami Standar Pengolahan
Pengolahan minyak dan inti kelapa sawit membutuhkan teknologi yang cukup tinggi. Oleh karenanya, pengoperasiannya juga perlu distandarkan agar mutu hasil yang diperoleh bias maksimal, di samping juga efisien dalam penggunaan alat dan waktu.
Ketahui Proses Pengolahan yang Benar
Untuk pengolahan kelapa sawit tentu diperlukan pabrik kelapa sawit (PKS). Untuk tujuan efisien, PKS dibangun dua tahun sejak mulai proses penanaman bibit di kebun. Beberapa bagian yang harus ada dalam PKS yaitu stasiun utama dan stasiun pendukung. Beberapa bagian yang masuk dalam stasiun utama yaitu stasiun penerimaan buah (jembatan timbang dan loading ramp), stasiun perebusan (sterilizer), stasiun pemipilan (stripper), stasiun pencacahan (digester) dan pengempaan (presser), serta stasiun pemurnian (clarifier). Sementara kelengkapan stasiun pendukung yaitu stasiun pembangkit tenaga, laboratorium, stasiun pengolahan air, stasiun pengolahan limbah, dan bengkel PKS. Dari pengolahan ini akan diperoleh minyak sawit dan inti sawit. Keduanya merupakan produk setengah jadi yang bias diolah lebih lanjut menadi produk turunan, seperti minyak goring, minyak salad, shortening, metal ester, sabun cuci, fat powder, margarine, dan kosmetika
Hindari Pemakaian Uap Kering pada saat Perebusan
Perebusan adalah salah satu tahapan yang perlu dilakukan untuk menghasilkan minyak kelapa sawit. Tujuan perebusan sendiri untuk menghentikan perkembangan asam lemak bebas (free fatty acid, FFA), memudahkan proses pemipilan, menyempurnakan proses pengolahan, dan menyempurnakan proses pengolahan inti sawit. Temperature menjadi kunci dalam perebusan. Temperature yang terlalu rendah tentunya tidak berpengaruh nyata terhadap perebusan, sedangkan temperature yang terlalu tinggi bias memicu terjadinya proses oksidasi pada asam lemmak tidak jenuh atau senyawa yang terkandung dalam minyak dan membentuk polimer yang sulit diserap pada proses pemucatan. Untuk proses perebusan, sebaiknya tidak menggunakan uap kering karena temperaturnya lebih tinggi dibandingkan uap jenuh pada tekanan yang sama. Temperature yang ideal digunakan 2,0 – 2,8 kg/cm2 selama 80-90 menit.
Hindari Pemakaian Uap Langsung di Stasiun Pemurnian
Proses pemurnian bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang berupa padatan, lumpur, dan air dari minyak kelapa sawit. Selain penyaringan, cara lain yang sering digunakan untuk pemurnian minyak kelapa sawit yaitu dengan pemanasan dengan temperature 95-100oC. Dengan cara ini, berat jenis antara minyak, air, dan kotoran akan berbeda sehingga air dan kotoran akan mengendap. Dengan demikian, minyak sawit akan mudah dipisahkan dari bahan lain. Untuk proses pemurnian minyak, sebaiknya jangan menggunakan uap langsung. Karena, produksi uap yang rendah sering menimbulkan gangguan pemanasan dalam proses pengolahan. Produksi uap yang rendah ini sering mendorong operator untuk memanaskan cairan minyak dengan uap panas kering secara terbuka. Pemanasan dengan cara ini akan menyebabkan minyak kembali teremulsi sehingga bias mempersulit pengutipan minyak. Hal ini akan memungkinkan terjadinya minyak berkontak dengan udara sehingga mudah teroksidasi.
Hindarkan Pemanasan yang Berlebihan di Unit Pengolahan
Peningkatan efisiensi ekstraksi minyak kelapa sawit salah satunya bias dilakukan dengan pemberian panas pada alat pengolahan, misalnya pada screw press. Pemberian panas tersebut dimaksudkan untuk mengeluarkan minyak dari daging buah serta memanaskan air pengencernya. Namun, di lain pihak, kondisi tersebut bias memicu terjadinya oksidasi pada minyak. Sementara pemanasan pada digester akan menyebabkan kegosongan pada minyak.
Simpanan Dengan Cara yang Benar
Umumnya sebelum disalurkan ke pasar, minyak sawit yang sudah diproduksi akan disimpan terlebih dahulu, terlebih jika produk yang dihasilkannya dalam jumlah banyak. Cara penyimpanan sangat berpengaruh terhadap mutu minyak kelapa sawit itu sendiri. Simpan minyak kelapa sawit dalam tangki timbun. Pastikan suhu dalam tangki tersebut tidak lebih dari 55oC. Bila lebih, bias menyebabkan terjadinya oksidasi dan hidrolisis. Pembersihan air dan kotoran yang terikut juga harus sering dilakukan, biasnya dengan teknik penyaringan. Kelembapan tangki perlu diperhatikan karena bila kelembapan terlalu tinggi (lebih dari 80%) mampu memicu mikroba dan terjadinya proses fermentasi.
Created by : Pahala Sarumpaet
Teknologi Industri Pertanian
Universitas Bengkulu
Sumber :
Pahan, Iyung, Panduan Lengkap Kelapa Sawit (Jakarta: Penebar Swadaya, 2006)
Sukamto, 58 Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit (Jakarta: Penebar Swadaya, 2011)
Suyatno, Risza, Kelapa Sawit, Upaya Peningkatan Produktivitas (Yogyakarta: Kasinius, 1994)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H