Kita tidak tahu pasti apa alasan sebenarnya sehingga Nazaruddin memilih untuk bungkam.
Kita hanya dapat menduga-duga, namun hanya terdakwa kasus suap wisma atlit itu yang tahu pasti. Apakah benar hal tersebut dilakukan, karena dia mengkhawatirkan nasib istrinya yang telah ditetapkan sebagai buruan Interpol? Atau karena alasan lain, misalnya mengulur-ulur waktu untuk melakukan deal-deal dengan pihak-pihak tertentu yang berkepentingan?
Prasangka liar yang mulai berkembang di masyarakat adalah, Nazaruddin dan tim pengacaranya sedang membeli waktu untuk merusak kredibilitas dan melemahkan KPK, guna memecah perhatian lembaga anti korupsi itu, agar tidak dapat bekerja secara optimal dan profesional dalam mengungkap kasus yang melibatkan Nazaruddin, istri dan kolega atau mantan koleganya di Partai Demokrat!
Kalau benar ini yang terjadi, bukan tidak mungkin telah terjadi deal-deal tertentu antara Nazaruddin dengan Partai Demokrat. Karena beberapa pengamat mulai yakin, bahwa ada keterkaitan antara Partai Demokrat dengan beberapa kasus yang didakwakan kepada mantan bendahara umum partainya pemerintah itu.
Dan segala macam manuver dan pertentangan antara Nazaruddin dengan beberapa elite dan Partai Demokrat yang sudah menjadi konsumsi publik sehari-hari, hanyalah kamuflase untuk menutup-nutupi maksud yang sebenarnya.
Dan Nazaruddin yang dulu dianggap sebagai pahlawan, atau setidak-tidaknya calon pahlawan, karena keberaniannya mengungkap kebusukan kaum elite Partai Demokrat yang sedang berkuasa, kini telah berubah menjadi seorang PECUNDANG!
Apakah ini yang dikehendaki oleh Nazaruddin? Atau dia sudah tidak peduli lagi apapun pandangan masyarakat terhadap dirinya, yang penting bisa selamat dari jerat hukum?! @E Sudaryanto 230811
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H