E.SUDARYANTO|KOMPASIANA.COM. Bagi PKS keutuhan keempat menterinya di Kabinet Indonesia Bersatu II adalah hal yang sangat penting, bahkan merupakan harga mati. Inilah kesan yang saya tangkap dari beberapa pernyataan para kader dan petinggi partai tersebut, jelang pengumuman hasil reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden SBY.
Terakhir, pada hari ini tanggal 18 oktober 2011, mantan Presiden PKS Hidayat Nurwahid, dalam pernyataan yang dikutip oleh KOMPAS.COM mengatakan hal yang senada. Dalam portal berita online tersebut, kurang lebih beliau menyatakan: JIKA MENTERINYA EMPAT, KOALISINYA SAMPAI 5 TAHUN. KALAU BERKURANG KOALISINYA TENTU TIDAK SELAMA ITU.
Pernyataan tersebut semakin menegaskan pernyataan-pernyataan sebelumnya. Intinya jika Presiden SBY menarik satu menteripun dari PKS, maka partai akan menarik semua menteri yang ada dalam kabinet. Lebih lanjut hal ini akan dijadikan salah satu pertimbangan untuk memutuskan, apakah PKS masih akan tetap dalam koalisi atau keluar!
Namun menurut saya, jika memang PKS sudah merasa tidak nyaman berada dalam koalisi, atau merasa telah didzalimi Presiden SBY atau partainya SBY dan konco-konconya, mengapa tidak keluar dari koalisi SEKARANG JUGA? Mengapa harus menunggu pengumuman hasil reshuffle dan kemungkanan menterinya didepak dari kabinet atau bahkan PKS didepak dari koalisi?
Beberapa pengamat berpendapat, bahwa sikap keras PKS seputar isue reshuffle adalah sebuah ancaman dan tekanan terselubung tapi nyata, agar Presiden tetap mempertahankan keempat menteri dari PKS dalam kabinet. Yang konon merupakan hasil kesepakatan antara PKS dan SBY, sebagai balas jasa peran partai tersebut dalam memenangkan SBY pada PILPRES 2009.
Mengapa? Karena sebenarnya PKS masih merasa nyaman dan mendapatkan keuntungan sebagai anggota koalisi dan dengan menempatkan empat kadernya di kabinet.(ES-18102011)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H