Sebuah pemikiran aneh jika menganggap FINGER PRINT seharga Rp.4 milyar dapat mendisiplinkan anggota DPR yang suka mbolos sidang.
Menurut Ketua FPDIP Tjahjo Kumolo, ada 4 faktor penyebab mangkirnya anggota dewan pada sidang-sidang di DPR: faktor kemalasan, jadwal sidang yang tumpang tindih, adanya penugasan partai, dan izin karena sakit atau ada keperluan keluarga.
Untuk FAKTOR KEMALASAN, seharusnya ada SANGSI TEGAS dari Badan Kehormatan DPR, yang merupakan pilar penegakan disiplin anggota dewan. Kita bandingkan dengan para buruh pabrik yang berpenghasilan 1-1.5 jutaan rupiah, atau dibawahnya. Daftar absensi atau kehadiran mereka sangat menentukan besaran upah dan bonus yang akan mereka bawa pulang setiap akhir bulan. Bahkan mungkin juga sangat menentukan, apakah mereka masih dapat terus bekerja atau dipecat!
Untuk penyebab kedua, jadwal sidang yang tumpang tindih, seharusnya dapat diupayakan adanya sinkronisasi jadwal sidang di komisi, pansus, sidang paripurna, serta kegiatan lain yang merupakan kewajiban setiap anggota DPR. Mungkin akan sangat sulit mengaturnya, tetapi bukan berarti tidak bisa!
Untuk penyebab ketiga, adanya penugasan dan acara intern partai, sama dengan penyebab kedua, dapat dicarikan solusi agar tidak tumpang tindih.
Untuk alasan keempat, izin karena sakit dan ada keperluan keluarga, meskipun dimungkinkan tetap harus diperketat aturannya. Agar tidak disalah gunakan oleh para anggota DPR, untuk mbolos sidang.
Nah, sebelum ada solusi jitu untuk mengatasi keempat penyebab mangkirnya para anggota dewan yang terhormat untuk menghadiri sidang-sidang yang menjadi kewajiban mereka...FINGER PRINT seharga Rp 4 milyar, sama kegunaanya dengan BUKU TULIS ANAK SD seharga Rp 2000 per buah, sebagai sarana absensi.
Jadi, kalau ada yang LEBIH MURAH, mengapa harus beli yang LEBIH MAHAL? Jangan-jangan...! (E. SUDARYANTO-26112011)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H