Mohon tunggu...
Eko Sudaryanto
Eko Sudaryanto Mohon Tunggu... Freelancer - Awam yang beropini

Awam yang beropini!

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menulis Itu seperti Membuat Patung!

24 Juli 2011   03:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:25 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Ada dialog menarik antara John Rambo dengan mentornya Kolonel Trautman, dalam film Rambo III. Sang kolonel mengelak kalau dia yang menciptakan Rambo menjadi sebuah "mesin perang" yang sangat handal. Menurutnya "naluri perang" itu sudah ada pada diri sang jagoan perang saat dia ditemukan. Sang kolonel mengaku hanya melakukan "beberapa hal" untuk mempertajam naluri perangnya itu.


Dalam cerita ini sang kolonel lebih mengidentikkan diri sebagai seorang pematung yang menemukan sebuah batu besar. Dia merasa tidak pernah menciptakan sebuah patung. Menurutnya patung itu sudah ada di dalam batu itu sejak ditemukan. Dia hanya berusaha menyingkirkan beberapa bagian dari batu itu, sehingga wujud dari patung itu dapat dilihat dan dinikmati.


Yang menarik, analogi seperti tersebut di atas, dapat diterapkan waktu kita akan menulis!


Anggaplah bukan kita yang menciptakan sebuah tulisan. Karena tulisan itu sudah ada dalam pikiran saat kita ingin menulis tentang sesuatu yang menarik, dan setelah melakukan beberapa riset.


Yang harus kita lakukan hanyalah, berupaya menuangkan semua yang ada dalam pikiran itu, dengan jujur dan apa adanya. Baru setelah itu, kita tambahkan, kurangi dan atur kembali kata, kalimat serta alinea sedemikian rupa, dan...TRADA! Tulisan itupun telah jadi dan dapat segera dibagikan atau dipublikasikan.


Sesederhana itu saja! Tetapi kadang-kadang tidak setiap waktu kita bisa melakukannya secara mulus. Tanpa rintangan dan kesulitan.


Seringkali justru kita terpaku menatap layar laptop atau HP yang kosong, dengan jemari yang diam kaku di atas keyboard atau keypad.


Seperti pematung yang berdiri terbengong-bengong di depan sebuah batu besar, bingung menentukan bagian mana yang pertama kali harus ditatah, agar terbentuk sebuah patung yang indah. Sementara patung tersebut sudah ada di dalam batu, menunggu disingkap bagian-bagian yang menutupi wujudnya...(E. Sudaryanto-24072011)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun