Mohon tunggu...
Hardy Yang Ya Tao (扬 亚 涛)
Hardy Yang Ya Tao (扬 亚 涛) Mohon Tunggu... Lainnya - Independent Researcher

menekuni dan melibatkan diri aktif dalam praktek pendidikan bagi masyarakat di luar sekolah, terutama berkaitan dengan pendidikan nonformal/informal dan pemberdayaan masyarakat untuk pembangunan wilayah dan daerah http://www.call-hardy.blogspot.com/ Mobile: +62.8562127048

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

(Boleh Saja) Jauhi Bank!!!

10 Februari 2014   16:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:58 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13920245501308693990

Membaca seksama tulisan memilih bank mengingatkan kembali pada rasa kecewa dan jengkel bila harus pergi ke bank, meski itu sekedar setoran uang sendiri.

[caption id="attachment_321712" align="alignleft" width="300" caption="buku Tabungan"][/caption]

Beberapa masa silam, pemerintah gembar-gembor dengan sloga ayo menabung bahkan awal tahun 80-an sudah ada gerakan tabanas. Hampir teman-teman sekolah yang sebaya setiap hari menentang buku coklat sawo tua dengan logo berupa pundi tabungan dilengkapi sayap dan nyala api, dilingkari oleh padi dan kapas termasuk tulisan: menabung dan membangun.
Dinamika perbankan nasional pun berlalu dengan ragam kejadian dalam kurun dua puluh tahun terakhir, termasuk bank lama berganti nama, merger bahkan dilikuidasi. Semua ini tak lekang dari bisnis bank yang bertulang punggung pada kepercayaan nasabah.
Bagi sebagian rakyat, dengan berbagai alasan bank partikelir seperti bank keliling justeru lebih menjadi mitra dibandingkan dengan bank bonafide. Besar kemungkinan alasan itu masuk menjadi pengalaman di bawah ini:
1. PARKIR
Bagi nasabah kecil yang sudah pasti menggunakan kendaraan baik motor atau mobil, apapun transaksi (cek saldo, simpan maupun tarik) harus rela membayar parkir. Beberapa kasus bank mengijinkan petugas liar mengutip uang parkir.
Jika menggunakan parkir resmi, tentu saja bukan semata demi kenyamanan nasabah. Bisa dihitung dengan jari, nasabah memperoleh layanan parkir gratis.
2. ANTRI
Hampir di beberapa bank ‘mentereng’ di tingkat kantor antar cabang saja petugas satpam akan membukakan pintu dan mempersilakan mengambil nomor antrian.
Di saat memasuki pintu, biasanya tatapan satpam lebih didominasi ‘tatapan petugas keamanan’ dibanding seorang customer service.
Lebih dari sekali, didengar kabar nasabah berpenampilan sederhana kurang mendapat sambutan meski nilai transaksi mencapai sepuluh digit. Tidak sedikit pula, nomor antrian tidak berguna, karena nasabah terlalu lama menunggu dan memilih meninggalkan bank.
3. TELLER
Senyum teller yang banyak didominasi oleh perempuan seringkali menyambut di meja transaksi, untuk menyimpan sering tidak banyak masalah. Tetapi untuk menarik simpanan, di saat ini masalah kerap muncul. Ada kejadian tanda tangan tidak mirip ‘persis’ dan tetek bengek alasan administrasi.
Satu hari pernah didengar nasabah kesal: “ambil uang sendiri saja susah”.
Untuk menyimpan dana nasabah, bank masih banyak mengandalkan transaksi teller, dibandingkan melalui ATM. Masalah ini ditambah dengan jam kerja bank senin sampai jumat, sebagian kecil sudah membuka layanan sabtu – minggu di lokasi tertentu. Lokasi ini berada jauh dari tempat tinggal, sehingga untuk ke bank saja harus mempertimbangkan urusan lain.
Ketiga pengalaman di atas, menjadikan upaya pemerintah membelajarkan agar gemar menabung sejak program tabanas, ayo menabung tidak menunjukan hasil optimal, setidaknya dari pengalaman berinteraksi dengan bank saat ini. Sehingga, jika diminta memilih, saya akan menghindari dan tidak menyimpan di bank.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun