Minat dan perhatian saya pagi ini tertuju pada seorang Ibu yang memeluk anak perempuan keduanya yang berumur sekitar satu tahun lebih. Sedangkan anak perempuan pertamanya yang selisih umur sekitar satu tahun lari menjauhi adiknya. Kejadian ini berada tepat di depan saya yang tengah boarding menunggu pesawat tinggal landas menuju salah satu pulau di nusantara.
Ada banyak Ibu muda dengan anak-anaknya di ruang tunggu Bandara Cengkareng pagi ini. Mereka sama sekali tidak mampu mencuri perhatian saya, berbeda dengan Ibu muda berkerudung biru tua serasi dengan celana jin biru dipadu kaos sweater lengan panjang berwarna biru. Sementara kedua anak perempuannya dengan riang berlari di antara kuris ruang tunggu yang penuh dipadati calon penumpang ke berbagai tujuan.
Ibu muda ini sebelum masuk ruang tunggu menyempatkan membeli minuman coklat hangat dari vending machine. Minuman ini tidak dihabiskan sendiri karena juga ditawarkan untuk kedua anaknya. Ketika isinya sudah habis diminum bertiga, Ibu muda yang menenteng tas tangan berwarna coklat dan bersepatu coklat dengan ‘hak sepatu’ setinggi lima sentimeter memperlihatkan cara ‘mendidik’ anak-anaknya untuk turut menjaga kebersihan.
Anak pertama yang berbaju kaos pink dengan garis-garis putih ketika mendekat dibisikkan sesuatu, cara ini menjadikan anak keduanya mendekat ingin tahu. Ternyata dari apa yang dilakukan anak pertamanya, diketahui bahwa dia diminta menemani adiknya untuk membuang cangkir kertas bekas minuman ke tempat sampah yang berjarak sekitar sepuluh meter di salah satu sudut ruang tunggu.
Anak kedua menenteng sampah cangkir ditemani anak pertama menuju ‘recycle bin’. Setelah memasukkan sampah ke dalam tabung berwarna silver tersebut, kedua anak ini berlari menghampiri Ibunya yang telah siap menawarkan wafer coklat dan wafer vanilla sebagai hadiah. Namun hadiah ini dipesankan untuk dimakan nanti setelah turun tiba di kota tujuan bukan di saat mereka masih di bandara.
Kejadian ini menunjukkan bahwa membiasakan perilaku baik seperti membuang sampah dapat dilakukan sebagai upaya pendidikan di luar sekolah, dimana Ibu berperan sebagai pendidik dan anak-anaknya sebagai peserta didik. Membiasakan perilaku baik seperti ini tidak lantas diserahkan sebagai urusan setelah anak-anak masuk sekolah.
Sebelum perhatian saya beralih, Ibu muda meminta anak pertamanya tinggal bersama serta menjaga adiknya di tempat duduk, sementara Ibu muda ini beranjak menuju toilet. Saya tertegun karena Ibu muda ini menyampaikan permintaannya dengan: ‘Zaza stay here. Just a moment I will take to the rest room”.
Rasa penasaran untuk dapat mengetahui Ibu muda yang jelas pribumi asli ini dalam mengajarkan kebiasaan baik pun harus putus karena panggilan boarding pesawat yang saya tumpangi berteriak menyadarkan saya untuk segera beranjak meninggalkan kesan atas cara seorang Ibu mengajar dan mendidik anaknya.
Kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki oleh Ibu muda ini dalam menunjukkan tanggung jawab sebagai orang yang lebih dewasa dan terutama sebagai orang tua tentu bukan diperoleh instan melainkan berdasarkan proses yang dilalui Ibu muda ini sebelum menikah dan memiliki kedua anaknya seperti sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H