Klenteng, sebagai tempat ibadah umat Tridharma (Konghucu, Taoisme, dan Buddhisme), memiliki peran penting tidak hanya dalam aspek spiritual tetapi juga sosial. Selain menjadi pusat peribadatan, klenteng juga dapat menjadi ruang untuk memberikan dukungan emosional dan spiritual melalui konseling. Penerapan konseling di klenteng menjadi salah satu cara untuk membantu umat menghadapi berbagai tantangan kehidupan sekaligus memperkuat hubungan dengan nilai-nilai agama dan budaya.
Konsep Konseling di Klenteng
Konseling di klenteng dapat diartikan sebagai upaya memberikan bimbingan dan dukungan berbasis nilai-nilai spiritual Tridharma. Proses konseling ini berfokus pada pemecahan masalah individu dengan pendekatan yang mencakup dimensi moral, emosional, dan spiritual. Beberapa aspek penting dalam konseling di klenteng meliputi:
 1.Pendekatan Agama dan Filosofi: Konseling menggunakan ajaran Tao, Buddhisme, dan Konghucu sebagai dasar dalam memberikan solusi dan nasihat. Misalnya, prinsip keseimbangan Yin-Yang dalam Taoisme dapat dijadikan panduan untuk membantu individu memahami keseimbangan dalam kehidupan mereka.
 2.Ritual dan Meditasi: Pendekatan ritual seperti pembacaan doa, meditasi, atau konsultasi dengan para biksu atau pengurus klenteng sering menjadi bagian dari proses konseling. Aktivitas ini membantu individu mencapai ketenangan batin dan refleksi diri.
 3.Nilai-Nilai Budaya: Nilai-nilai kekerabatan, penghormatan kepada leluhur, dan keharmonisan komunitas menjadi fondasi penting dalam proses konseling.
Manfaat Konseling di Klenteng
 1.Dukungan Emosional dan Spiritual
Klenteng sering menjadi tempat pertama yang dikunjungi oleh individu yang mengalami tekanan emosional. Konseling di klenteng dapat memberikan rasa aman melalui pendekatan berbasis keimanan dan kebudayaan.
 2.Meningkatkan Keharmonisan Sosial