Mohon tunggu...
Dzulfian Syafrian
Dzulfian Syafrian Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Researcher at INDEF | Teaching Assistant at FEUI | IE FEUI 2008 | HMI Activist.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Meminimalisir Irrational Voters

8 Januari 2010   11:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:34 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hanya dalam beberapa hari lagi Indonesia akan menyelenggarakan pemilihan presiden (pilpres) putaran pertama. Pilpres kali ini diikut oleh tiga pasangan capres-cawapres yaitu Mega-Prabowo, SBY-Boediono, dan JK-Wiranto. Semua nama-nama tersebut tidaklah asing lagi di telinga kita semua. Mereka merupakan wajah-wajah yang telah lama mengisi dunia perpolitikan negeri ini.

Walaupun begitu, tidak sedikit pemilih yang masih bingung untuk menjatuhkan pilihannya kepada siapa. Selain itu, tidak sedikit pula pemilih yang memilih tanpa landasan yang jelas. Pemilih seperti ini kita sebut dengan irrational voters. Guna mencapai pemilu yang berkualitas, kita harus berusaha sebisa mungkin menekan serendah mungkin irrational voters ini. Karena semakin rasional pemilih dalam menentukan pilhannya, semakin baik pulalah kualitas pemilu yang dihasilkan.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh kita agar menjadi pemilih yang rasional. Pertama, lihatlah program-program yang ditawarkan oleh para calon. Ada dua hal yang harus anda perhatikan dalam melihat program para calon. Hal yang pertama adalah program-program itu harus menyentuh hal-hal mendasar. Program-program yang tidak hanya baik dalam segi kemasannya baik, namun juga baik secara substansial. Program tersebut harus berguna untuk orang banyak, bukan justru malah menguntungkan sekelompok kecil masyarakat.

Selain itu, program itu juga harus diukur visibilitasnya. Apakah memungkinkan program-program tersebut diimplementasikan. Lihat program mana yang mencantumkan parameter-parameter keberhasilan yang jelas. Pertanyaan-pertanyaan seperti kapan batas pencapaiannya dan bagaimana langkah-langkah teknis penerapannya seharusnya dapat dijawab jika program tersebut memang berkualitas.

Kedua, lihatlah rekam jejak (track record) para calon. Memang bukanlah perkara mudah dalam melihat dan menilai rekam jejak para calon. Hal ini dikarenakan kita harus mempunyai catatan-catatan tentang prestasi dan wanprestasi yang pernah dilakukan oleh para calon. Hal ini sangat penting karena dengan rekam jejak yang baik, insya Allah calon tersebut dapat menjalankan amanahnya dengan baik pula ketika dipercaya menjadi Presiden dan Wakil Presiden nanti.

Itulah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjadi pemilih rasional dalam pilpres nanti karena dengan menjadi pemilih yang rasional berarti kita telah berpartisipasi mewujudkan pemilu yang berkualitas. Pemilu yang akan menentukan kemana bahtera negeri ini dalam lima tahun kedepan akan dibawa. Selamat memilih.

Oleh : Dzulfian Syafrian[1]

[1] Staf Kajian Strategis BEM FEUI, Koordinator Grup Diskusi UI, Aktivis HMI Depok

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun