Mohon tunggu...
Dzulfian Syafrian
Dzulfian Syafrian Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Researcher at INDEF | Teaching Assistant at FEUI | IE FEUI 2008 | HMI Activist.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Benahi Dulu Sistem Transportasi Umum

10 Agustus 2010   06:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:09 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benahi Dulu Sistem Transportasi Umum

Oleh : Dzulfian Syafrian[1]

Entah mau dikemanakan wajah negeri ini. Bandar Udara Internasional sekaliber Soekarno-Hatta saja mengalami mati listrik. Bandara sebagai gerbang awal bagi warga negara asing untuk masuk ke Indonesia seharusnya memiliki fasilitias yang berkelas dunia dengan pelayanan yang istimewa.

Sayangnya kenyataan berkata lain. Kondisi Bandar udara di Indonesia masih jauh dari kondisi nyaman. Di Bandara Soekarno-Hatta saja, kejadian seperti mati listrik dan jadwal penerbangan yang sering terlambat, adalah beberapa catatan buruk yang masih sering terjadi. Tidak heran jika International Air Transport Association (IATA) mengatakan bahwa infrastruktur Bandar Udara Soekarno-Hatta tidak layak.

Kondisi buruk transportasi Indonesia tidak hanya terjadi di jalur udara seperti Bandara Soekarno-Hatta atau bandara-bandara lainnya. Transportasi publik lainnya baik di jalur darat maupun laut juga memiliki segudang catatan buruk.

Untuk jalur darat saja, ada beberapa catatan hitam yang harus segera diselesaikan Pemerintah. Pertama, Kondisi jalan yang buruk. Kondisi jalan yang berlubang sangatlah berbahaya bagi para kendaraan bermotor, terutama sepeda motor. Jalan berlubang kerap menjadi pemicu terjadinya kecelakaan. Korban jiwa juga tidak terhitung lagi jumlahnya. Dari yang luka ringan hingga harus kehilangan nyawa adalah beberapa resiko yang harus dihadapi oleh para pengendara.

Kedua, Meledaknya pertumbuhan kendaraan bermotor. Berdasarkan data Asosiasi Sepeda Motor Indonesia (AISI), total penjualan motor di Indonesia pada periode Januari-April 2010 menembus angka 2,3 juta unit atau jika dirata-rata sekitar 900 unit per hari.

Pertumbuhan penjualan mobil di Indonesia juga cukup tinggi. Setelah sempat lesu akibat terjangan krisis finansisal global, pasar mobil di Indonesia mulai bangkit kembali. Menurut Gaikindo, Penjualan mobil pada Triwulan pertama tahun 2010 sekitar 170.000 unit. Dengan tambahan sekitar 60.000 unit di bulan April, total penjualan mobil hingga bulan April 2010 sudah menembus angka 233.568 unit. Angka ini diprediksi akan terus meningkat seiring terus memulihnya keadaan ekonomi nasional.

Ketiga, minimnya penambahan jalan baru. Meledaknya pertumbuhan kendaraan bermotor seharusnya diimbangi oleh penambahan jalan baru. Sayangnya, pertumbuhan jalan-jalan baru di Indonesia masih kalah dibandingkan pertumbuhan kendaraan bermotor. Alhasil, lalu lintas bertambah padat dan kemacetan pun tidak dapat dihindarkan.

Transportasi laut juga harus segera dibenahi. Kasus kecelakan yang dialami oleh Anggota DPR RI di sekitar laut Bunaken adalah contonya. Sebagaimana kita ketahui bersama, Bunaken merupakan objek wisata bertaraf internasional. Sudah semestinya moda transportasi di sana juga harus berstandarkan internasional. Namun, kecelakaan yang memakan seorang Anggota DPR dan Seorang istri Anggota DPR memberikan pesan tegas kepada kita: jangan lupa benahi pula transportasi laut.

Keamanan dan kenyamanan penumpang harus menjadi nilai terdepan yang dipegang oleh transportasi di republik ini. Sudah cukup kita kehilangan sejumlah warga negara kita akibat kecelakaan transportasi. Nyawa mereka tidak ternilai harganya. Sudah saatnya bagi Pemerintah memikir ulang untuk membenahi sistem tranportasi di negeri ini.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan Pemerintah untuk mengurai benang kusut sistem transportasi di Indonesia. Pertama, Pemerintah harus menekan laju pertumbuhan kendaraan bermotor. Jumlah kendaraan bermotor sudah sangat banyak. Jalan-jalan sudah dipenuhi oleh berbagai jenis kendaraan bermotor. Jalan-jalan seolah sudah tidak sanggup untuk menampung kendaraan yang jumlahnya telah mencapai jutaan. Penerapan pajak progresif mungkin dapat menjadi solusinya.

Kedua, Penambahan jumlah armada transportasi. Sebenarnya, kebijakan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi tidak terlalu bermasalah bagi masyarakat kita asalkan Pemerintah mampu menyediakan sarana transportasi yang memadai. Studi yang dilakukan oleh Association of Traffic and Safety Sciences (IATSS) pada tahun 2007 menunjukkan bahwa transportasi umum (di Jakarta) tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga masyarakat memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi.

Ketiga, Mengedepankan transportasi yang aman dan nyaman (safety first). Harus diakui bahwa transportasi umum di Indonesia masih jauh dari kondisi layak, apalagi aman dan nyaman. Kesadaran akan kebutuhan transportasi yang aman dan nyaman harus ditumbuhkan baik dari sisi pengguna maupun penyedia jasa transportasi.

Baiknya kondisi transportasi umum pastilah akan berdampak positif bagi berbagai aspek kehidupan masyarakat kita. Ekonomi akan berjalan lebih efektif dan efisien. Kondisi psikologis dan sosiologis masyarakat juga akan membaik karena beban seperti kemacetan dan berdesak-desakan di angkutan umum akan berkurang. Oleh karena itu, pembenahan kondisi transportasi umum adalah pekerjaan rumah yang harus segera di selesaikan Pemerintah baik dari tingkat daerah hingga Pusat.

[1] Mahasiswa Ilmu Ekonomi, FEUI. Sekretaris Umum HMI FEUI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun