Mohon tunggu...
Dzulfian Syafrian
Dzulfian Syafrian Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Researcher at INDEF | Teaching Assistant at FEUI | IE FEUI 2008 | HMI Activist.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Mahasiswa Buat Sekolah Bola: Utopiskah?

16 Mei 2011   00:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:38 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Kedua, SSB akan membuat masyarakat untuk berpartisipasi aktif. Kecintaan masyarakat Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Lihatlah setiap kompetisi baik LSI maupun LPI selalu penuh sesak oleh para penonton, apalagi jika Timnas kita sedang bertanding maka dapat dipastikan Senayan menjadi merah seketika. Konsep yang ada dibenak saya sederhana. Pemuda/Remaja menjadi pelatih, lalu mereka melatih adik-adik kita yang masih SMP dan SD. Tetapi para pelatih pun boleh untuk memiliki jadwal latihan mereka sendiri. Dengan konsep sederhana seperti ini, saya memperkirakan lebih dari 50 orang akan tergabung aktif dalam kegiatan ini. Dahulu saya pernah membuat Sekolah Sepak Bola di dekat rumah saya, walau hanya bertahan sebulan (karena kesibukan saya di kampus) peserta didik saya setiap pertemuan minimal 20 orang. Itu saja baru dari satu RT saja dan untuk pasar anak SD dan SMP. Bisa dibayangkan potensi besar dari SSB ini jika ruang lingkupnya adalah sebuah desa.

Ketiga, memperkecil kemungkinan para pemuda, remaja, dan anak-anak melakukan hal-hal yang negatif. Daripada nongkrong-nongkrong tidak jelas, daripada merokok join-joinan, apalagi minum-minum, atau bahkan narkoba, lebih baik potensi mereka kita salurkan ke olahraga, melalui sepakbola. Selain badan sehat, siapa tahu suatu saat nanti kelihaian ini dapat menjadi penghasilan tambahan bagi mereka. Siapa tahu dari SSB ini akan lahir Irfan Bachdim selanjutnya, who knows?

Keempat, saya percaya sekolah bola dan turnamen sepak bola ini akan menjadi jurus jitu kita untuk merekatkan diri dengan warga masyarakat. Dengan melibatkan begitu banyak warga, maka ini akan membantu mendekatkan tim Desbin FEUI kepada masyarakat.

Kelima, saya membayangkan jika minimal satu kampus punya satu sekolah bola, bukan tidak mungkin impian Indonesia lolos piala dunia akan terwujud. Apa hubungannya? Mudah saja, inti permasalahan sepak bola di Indonesia adalah di pembinaan usia dini. Hal ini diperparah dengan tidak dikelolanya sepakbola secara profesional dan terarah. Dengan dibawah naungan kampus (baca: mahasiswa) pengelolaan sepak bola nasional berbasis masyaraka akan lebih profesional.

Demikian curhatan malam saya kali ini. Mohon maaf jika kepanjangan. Maklum lagi stres mau ujian. Jika ada yang mau diskusi, silahkan. Demi Masyarakat yang Sehat dan Mandiri. amin

Bekasi, 15 Mei 2011

Pukul 19.04 WIB

Dz

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun