Mohon tunggu...
Dzulfian Syafrian
Dzulfian Syafrian Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Researcher at INDEF | Teaching Assistant at FEUI | IE FEUI 2008 | HMI Activist.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pansus Century Harus Fokus!

20 Januari 2010   08:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:22 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh : Dzulfian Syafrian[1]

Beberapa bulan terakhir, Kasus Century telah banyak menguras perhatian dan energi negeri ini. Layar-layar televisi, headline di media cetak, topik di radio, hingga obrolan warung kopi tidak terlepas dari isu dan berita terbaru tentang Century.

Bola panas terus bergulir secara liar dan panas, terlebih setelah nama-nama beken seperti Sri Mulyani, Boediono, Marsillam Simanjuntak, hingga Jusuf Kalla, dipanggil oleh Pansus Century.

Panasnya rapat Pansus Century dapat dilihat dari maraknya adu argumen, caci-maki, panggilan nama adat yang tidak sesuai pada tempatnya, hingga tudingan tak mendasar, terlontar dari mulut para anggota dewan yang (seharusnya) terhormat. Tontonan semacam ini terjadi hampir setiap hari di layar kaca kita. Rakyat yang awalnya antusias, lambat laun menjadi jengah oleh Kasus Century.

Bukan salah rakyat jika mereka bersikap semakin apatis, namun adalah salah anggota pansus sendiri yang tidak fokus. Pansus Century harus fokus menyelidiki alasan utama kenapa Pansus Century terbentuk, yaitu mengungkap dugaan penyalahgunaan kucuran dana bail-out yang konon katanya mengalir ke Tim Kampanye Capres SBY-Boediono dan Partai Demokrat.

Energi Pansus Century terlalu dihabiskan oleh isu terkait merger Century, apakah Century berdampak sistemik atau tidak, dan masalah proses pengambilan keputusan bail-out. Isu-isu tersebut memang penting, namun lebih elok lagi apabila Pansus lebih fokus untuk membongkar kemana aliran dana bail-out Bank Century.

Pola penyelidikan Kasus Century lebih bersifat dari hulu ke hilir. Pola seperti ini kurang efektif karena pembahasan rapat Pansus Century selalu berputar-putar di hulu seperti masalah merger Bank Century, proses pengambilan kebijakan, berdampak sistemik atau tidak, bahkan tidak jarang waktu rapat dihabiskan hanya untuk memperdebatkan yang tidak substansial seperti yang terjadi antara anggota pansus RS dan GL.

Lebih baik Pansus menggunakan metode penyelidikan sebaliknya, yaitu dari hilir ke hulu. Metode ini telah berhasil membongkar skandal Watergate di Amerika. Skandal Watergate, yang melibatkan Presiden Nixon, memulai investigasinya dari masalah hilir ke hulu, sedangkan Century memulai dari hulu ke hilir.

Energi Pansus Century banyak dihabiskan untuk mebahas masalah merger dan proses pengambilan keputusan bail-out (hulu), padahal jika masalah hilir (melacak aliran dana bail-out) terselesaikan, maka permasalahan hulu lambat laun akan terbongkar pula.

Ke depan, Pansus Century harus mengingat kembali niatan awal pansus ini terbentuk, yaitu membongkar siapa yang menerima kucuran dana bail-out tersebut. Apakah benar dana tersebut dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu?atau kasus ini hanya sebagai dagelan politik semata?

Kalau benar terbukti bahwa aliran dana 6,7 triliun disalahgunakan maka biarkan hukum yang bicara. Sebaliknya, selama aliran tersebut belum terungkap, kita harus menghormati asas praduga tak bersalah.

Biarkan proses politik, Hak Angket Kasus Bank Century, berjalan sebagaimana mestinya. Kini, tugas kita semua adalah mengingatkan bahwa jangan sampai energi kita semua terbuang percuma oleh Kasus Century karena masih terlalu banyak pekerjaan rumah yang harus kita kerjakan. Wallahu a’lam.

[1] Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEUI, Sekretaris Umum HMI FEUI, Koordinator Grup Diskusi UI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun