Mohon tunggu...
Dzulfadly Dzikri kurnia
Dzulfadly Dzikri kurnia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo perkenalkan nama saya Dzulfadly Dzikri Kurnia, saya merupakan mahasiswa dari Universitas Islam Negri Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keseimbangan Orientasi Dunia dan Akhirat

16 Mei 2024   22:15 Diperbarui: 16 Mei 2024   22:24 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mengapa sih kita harus menyeimbangkan atau pun membagi antara kehidupan di dunia dan juga di akhirat?

     Karena didalam agama kita, yaitu agama islam, mengajarkan bahwa hidup manusia itu harus seimbang atau Bahasa gen-Z nya balance. 

Mengapa demikian? 

Karena didalam mengejar kebahagiaan di dunia dan diakhirat, mereka akan mendapatkan keduanya. Tetapi, jika mereka hanya mengejar kebahagiaan didunia saja. Maka, mereka tidak akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat sana nantinya. Diibaratkan kehidupan kita ini hanyalah sekedar “singgah” saja. Dunia ini tidak selamanya kekal dan abadi. 

Dunia ini dibuat oleh Allah SWT, hanya untuk menguji seberapa kuat keimanan manusia dan beribadah sebanyak-banyaknya kepada Allah SWT. Bukannya tidak boleh mengejar kebahagiaan didunia. Tetapi, harus seimbang juga dengan bekal yang harus kita bawa untuk di kehidupan selanjutnya (akhirat). Untuk itu jika ingin kebahagiaan keduanya. Haruslah seimbang antara dunia dan akhirat. Karena, sesungguhnya semua harta benda yang ada didunia ini seperti, emas, mobil, rumah, dan lainnya. Tidak akan bisa dibawa dan tidak akan berguna juga alam kubur nantinya. Bahkan yang menempel ditubuh pun begitu. Kita hanya akan membawa amal yang telah kita peroleh dari beribadah selama didunia. Dan segala catatan amal yang telah diperbuat. Seperti kisah Qarun yang terdapat didalam alquran surat al qasas ayat 76 berikut:



۞ اِنَّ قَارُوْنَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوْسٰى فَبَغٰى عَلَيْهِمْۖ وَاٰتَيْنٰهُ مِنَ الْكُنُوْزِ مَآ اِنَّ مَفَاتِحَهٗ لَتَنُوْۤاُ بِالْعُصْبَةِ اُولِى الْقُوَّةِ اِذْ قَالَ لَهٗ قَوْمُهٗ لَا تَفْرَحْ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِيْنَ(76)

Artinya: Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku aniaya terhadap mereka. Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah engkau terlalu bangga. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.


Seperti yang kita ketahui awalnya Qorun adalah seorang yang tidak memiliki harta. Namun setelah mekinta Nabi Musa untuk mendoakannya dan Allah SWT pun menjawab doa Nabi Musa. Seketika, Qarun menjadi orang yang sangat kaya kala itu. Karena perbuatannya yang zalim dan sudah merasa kaya dan tidak membutuhkan siapapun bahkan Allah SWT dan tidak takut pula dengan acamannya. Bahkan kaumnya berkata kepada Qorun untuk memberikan peringatan kepadanya. dengan berkata kepadanya,


“Janganlah engkau terlalu bangga dengan harta kekayaan yang engkau miliki, kebanggaan yang menjadikanmu melupakan Allah yang menganugerahkan nikmat itu sehingga tidak bersyukur kepada-Nya. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri.”  

Tetapi, Qorun menghiraukan semua perkataannya. Alhasil Allah SWT murka dengan perbuatan Qorun yang sombong, melupakan Allah SWT, dan terlalu berbangga diri. Allah binasakan Qorun beserta semua hartanya kedalam perut bumi dan tidak tersisa sedikitpun.


وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ ۝٧٧

Artinya: Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”


Maksudnya tidak berarti seseorang hanya boleh beribadah murni dan melarang memperhatikan dunia. Berusahalah sekuat tenaga dan pikiran untuk memperoleh harta, dan carilah pahala untuk akhirat dengan apa yang telah diberikan Allah kepadamu di dunia, berupa kekayaan dan karunia, dengan menginfakkan dan menggunakannya di jalan Allah. Akan tetapi kita jangan melupakan hak dari kenikmatan di dunia dengan tanpa berlebihan. Dan berbuat baiklah kepada semua orang dengan bersedekah dan jangan sampai kita melupakan kebaikan Allah SWT. Dan tetap dalam batas tertentu saja. Karena Allah tidak suka orang berlebihan.

Allah sudah memberikan segala kenikmatan yang ada dibumi dan sebagai manusia patutnya kita mensyukuri apapun nikmat yang telah Allah berikan. Dan jangan mengeluh karena kita melihat orang lain kenikmatannya jauh lebih indah dari yang kita punya. Allah memberikan kenikamatn dan rezekinya dengan alasannya masing-masing. Mungkin saja orang yang diberika rezeki lebih oleh Allah SWT hidupnya memang sangat kekurangan dari kita. Untuk itu janganlah iri. Iri merupakan salah satu perbuatan buruk terhadap orang lain. Allah tidak suka dengan manusia yang berbuat keburukan apalagi sampai-sampai membuat kerusakan yang ada dimuka bumi ini. Allah akan menghukum mereka yang suka merusak dan juga berbuat buruk kepada orang lain.

dari kedua surat tersebut dapat dipetik pelajaran untuk diamalkan didalam kehidupan sehari-hari kita. dan beberapa contohnya adalah:

  • Mengelola harta dengan bijak, harta yang kita miliki hendaknya kita atur dan digunakan tidak hanya untuk kepentingan pribadi tetapi untuk membatu orang lain juga.
  • Lebih ditingkatkan lagi ibadahnya, mempersiapkan amal sebanyak-banyaknya sebelum diambil nyawanya dan pergi ke kehidupan berikutnya (akhirat) dengan persiapan yang matang.
  • Berbuat baik terhadap sesama, sebagai manusia kita diajarkan yang namanya saling tolong-menolong dalam keadaan apapun.
  • Menjaga Lingkungan, jangan merusak lingkungan dalam bentuk melestarikan alam sebagai tanggung jawab sosial dan bentuk menjaga bumi. 

QS. Al-Qasas ayat 76-77, mengajarkan umat muslim untuk selalu menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat. karena dengan begitu kita akan merasakan kebahagiaan abadi di akhirat tanpa mengabaikan tanggung jawab dan kenikmatan yang ada didunia. dan tidak fokus akan kenikmatan dan kebahagiaan duniawi. dengan begitu kita dipandu untukmenjadi individu yang seimbang dan mampu memanage dengan baik diantara keduannya serta bertanggung jawab dan bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain.




Depok, 16 Mei 2024


Penulis: Dzulfadly Dzikri Kurnia

Dosen Pengampu: Dr. Hamidullah Mahmud Lc.MA

Mata Kuliah: Tafsir

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun