Sore ini ketika jemari saya asyik berkelana membuka Instagram untuk mencari something tak sengaja melihat sebuah berita mengenai artis Ariel Tatum. Kali ini bukan perkara dia membagikan pengalaman horornya bertemu sang mantan di mall,tapi mengenai keberaniannya menceritakan pada publik bahwa ia memiliki Borderline Personality Disorder (BPD). BPD sendiri atau bisa disebut gangguan kepribadian ambang adalah gangguan mental yang ditandai dengan suasana hati, perilaku dan hubungan tak stabil. BPD ini bisa menyerang siapapun, tanpa terkecuali diri kita sendiri. Seseorang terkena BPD beresiko juga mengalami depresi, gangguan bipolar, penyalahgunaan alkohol maupun narkoba hingga gangguan kecemasan. Ketika saya mencari tahu lebih dalam terkait BPD ternyata gangguan ini bisa membuat pengidapnya melakukan menyakiti dirinya sendiri sampai bunuh diri.
Perlu diakui tidak semua orang mau dan berani membagikan cerita private-nya apalagi yang bisa membuat diri kita dianggap aneh ataupun malah dijauhi oleh orang-orang. Sebelum Ariel Tatum, beberapa tahun lalu khalayak Indonesia sempat dihebohkan dengan pengakuan Marshanda bahwa ia bipolar. Menurut pandangan pribadi saya, kedua artis ini perlu diapresiasi. Mereka berdua membagikan pengalamannya meskipun mereka tahu bahwa tidak semua masyarakat di Indonesia akan menganggap mereka "wajar" lagi.
Penyebab BPD pun beraneka ragam, faktor genetik, kelainan pada otak dan faktor lingkungan. Menarik untuk disoroti yakni faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini bisa karena penderita dibully, pernah mengalami pelecehan/penyiksaan baik di lingkungan keluarga besar maupun pertemanan atau dicampakkan orang-orang sekitarnya.
Belum lama ini jagad K-Pop dihebohkan atas kematian Sulli mantan member girl band f(x) dimana Sulli meninggal karena bunuh diri. Entah beban seberat apa yang diemban perempuan berusia 25 tahun itu, sampai dirinya mempunyai inisatif meninggalkan dunia ini.
Apa yang tak dimiliki Sulli? Popularitas, isi tas (keuangan), suara bagus, cantik pula dambaan semua perempuan, saya yang seusianya pun menginginkan berada di posisinya dia. Namun, kembali lagi faktor lingkungan, dimana tidak semua orang menyukainya. Di era serba cepat ini, faktor lingkungan bukan sekadar di dunia nyata saja tetapi lingkaran lingkungan dunia maya mulai terbentuk dengan sendirinya. Para tokoh terkenal, termasuk di dalamnya para artis dan aktor tentu mempunyai lingkungan dunia maya yakni para fans. Para fans biasanya membuat akun fanspage sendiri bagi para tokoh idola mereka. Tetapi, ada pula orang-orang yang mungkin "iri" berubah jadi sosok haters.
Ketika saya melihat salah satu konten YouTube korea yang menjabarkan kematian Sulli, ternyata Sulli merasa tertekan dengan cacian para netizen. Netizen melontarkan catcalling, bullying di kolom komentar akun media sosial milik Sulli. Diksi "jelek", "payudara rata", "puting bagus", "suara pas-pasan" dibenak saya kok ada ya jari-jemari yang tak beretika begitu menyoroti tubuh perempuan. Seolah-olah para pengomentar tersebut bertubuhkan paling bagus di jagad raya. Kita di sini sebenarnya wajib belajar bahwa bila ada orang depresi entah karena BPD ataupun lainnya jangan sampai kita menjadi pelaku penyebab orang tersebut menjadi seperti itu. Setiap orang mempunyai garis perjuangannya masing-masing, tak sepatutnya pula kita menjatuhkan orang lain hanya karena kebencian atau ketidaksukaan kita terhadap orang tersebut.
Mungkin saat ini kita bisa tersenyum, tertawa, bahagia, bercengkerama bersama keluarga. Tapi kita tidak tahu perjalanan kita ke depannya seperti apa, bila tak ingin disakiti maka jangan pula menyakiti. Jaga perkataan kita, jaga jari jemari kita dari diksi-diksi tak beretika yang bisa membuat orang lain terluka. Yuk, sama-sama salin intropeksi diri. Salut sama Ariel Tatum, tetaplah jadi diri sendiri!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H