Mohon tunggu...
Dzikril Ikhsan
Dzikril Ikhsan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa dari Jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Permukiman Kumuh (Studi Kasus Pasar Bayah, Lebak)

29 November 2020   19:17 Diperbarui: 29 November 2020   19:55 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perkembangan penduduk kota–kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang serius, diantaranya tumbuh kawasan permukiman kumuh. 

Permukiman kumuh adalah suatu kondisi kawasan permukiman yang tata letak bangunannya tidak teratur, halamannya yang sempit dan bahkan langsung berbatasan dengan jalan, bangunan yang berdempet serta sarana dan prasarana yang kurang memadai. 

Kawasan kumuh adalah sebuah kawasan dengan tingkat kepadatan populasi tinggi di sebuah kota yang umumnya dihuni oleh masyarakat miskin. Kawasan kumuh dapat ditemui di berbagai kota besar maupun kecil di dunia. kawasan kumuh juga menjadi pusat masalah kesehatan karena kondisinya yang tidak higienis.

 Di berbagai kawasan kumuh, khususnya di negara-negara miskin, penduduk tinggal di kawasan yang sangat berdekatan sehingga sangat sulit untuk dilewati kendaraan seperti ambulans dan pemadam kebakaran.

Berdasarkan aspek sosial, permukiman kumuh ditandai dengan pertambahan penduduk yang tinggi, tingkat pendapatan dan kesehatan yang rendah. Pada dasarnya kemunculan kawasan permukiman kumuh diakibatkan karena adanya daya tarik daerah perkotaan yang memiliki tingkat pelayanan fasilitas kota yang tinggi, banyaknya lowongan pekerjaan dan kemudahan jangkauan. 

Daya tarik tersebut semakin diperkuat oleh adanya pengaruh dari wilayah desa yaitu rendahnya fasilitas tingkat pelayanan, sempitnya lapangan pekerjaan, sulitnya pengembangan perekonomian dan makin berkurangnya lahan produktif. 

Kedua faktor tersebut mempengaruhi keinginan penduduk desa untuk berpindah ke kota yang menyebabkan timbulnya berbagai macam masalah, yang berawal dari rendahnya pengetahuan, keterampilan, modal dan kesadaran yang mereka miliki. Kondisi ini mendorong timbulnya kawasan permukiman di daerah perkotaan (Damsar, 2002).

Seperti halnya yang terjadi di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten walaupun daerah tersebut belum termasuk dikategorikan sebagai kota besar, tapi Bayah itu sudah mulai terindustrialisasi karena sudah di bangun daerah industri yaitu PT. Cemindo Gemilang (Semen Merah Putih) dan dalam tahapan menuju daerah perkotaan, tetapi dalam hal itu malah membuat daerah Bayah menjadi tampak gersang dan banyak ditemukan daerah pemukiman kumuh yang sejauh ini saya perhatikan pada saat observasi, termasuk di daerah Pasar Bayah yang kondisi lingkungan yang saya perhatikan belum tertata dengan baik, maka dari itu hal tersebut membuat saya tertarik untuk mengkaji dari tugas mata kuliah sosiologi perkotaan mengenai bahasan pemukiman kumuh dan faktor apa saja yang mempengaruhinya.

Yang mana setelah melakukan observasi langsung dan wawancara tidak terstruktur kepada beberapa informan yang ada di Pasar Bayah dapat diketahui bahwa disana sudah terindustrialisasi dengan adanya pabrik semen yaitu PT. Cemindo Gemilang, dan permukiman di pasar Bayah itu bukan hanya asli penduduk Bayah saja, tapi juga dari beberapa daerah di luar Bayah, yang mencoba mengadu nasib, atau bekerja di pabrik itu dan salah satunya juga berdagang di pasar bayah dan bisa dikatakan terjadi pertambahan penduduk disana dari adanya migrasi tersebut. 

Selain itu dapat diketahui juga dari infrastruktur yang belum di tata dengan baik, yang walau pun sudah disediakan kost atau ruangan untuk disewakan dalam berdagang dipasar namun tidak tertata dengan baik masih banyak yang berjualan dipinggiran jalan pasar atau didepan kost itu sendiri, dengan alasan agar pengeluaran tidak terlalu besar karena lumayan besar bagi mereka menyewa tersebut yaitu sebesar dua juta delapan ratus ribu per tahun, berbeda dengan yang menjajakan dagangan yang disembarang tempat tersebut, dan menganei jalan atau tempat berjual beli tersebut masih berupa tanah yang mana jika hujan akan sangat becek dan sangat mengganggu bagi pengunjung atau pembeli, dan mengenai tempat parkir yang tidak disediakan, yang mana walaupun para pengunjung membayar tiket  parkir di awal masuk pasar tapi nyatanya didalam tidak ada tempat parkir dan para pembeli atau pengunjung memarkirkan motornya di sembarang tempat. 

Yang mana pendidikan para warga yang di jadikan informan itu kebanyakan hanya sampai tingkat SLTP dan SD saja, jadi hanya dengan sebatas pengetahuan itu masyarakat di permukiman itu tidak bisa mengatur dan malah tidak peduli dengan kondisi sosial dan lingkungan tersebut, faktor dari migrasi masyarakat dari berbagi tempat pun mempengaruhi yang hanya melakukan pekerjaan informal seperti halnya pedagang kali lima, ataupun yang berdagang dipasar tersebut dengan hanya berbekal pendidikan rendah, dan memiliki sosial budaya yang saling berbeda pula dari setiap individu yang dibawa dari daerahnya.       

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun