Mohon tunggu...
Muhammad Dzikra Shandi Aditya
Muhammad Dzikra Shandi Aditya Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Menulis dan membaca merupakan salah satu hobi saya sejak kecil. Saya memiliki ketertarikan yang kuat terhadap isu hukum, pemerintahan, politik, hingga kebudayaan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sulitnya Perempuan Banua Menembus Senayan

2 Juli 2024   16:17 Diperbarui: 2 Juli 2024   16:23 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pemilihan Umum atau (Pemilu) 2024 yang digelar Februari lalu untuk memilih presiden dan wakil presiden hampir usai. Para calon anggota legislatif tinggal menunggu pelantikan yang dijadwalkan digelar pada bulan Oktober nanti. Beberapa nama-nama calon anggota legislatif dipastikan berhasil melenggang ke Senayan. Dari daerah pemilihan (dapil) Kalsel I yang meliputi daerah Tabalong, Balangan, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin, Banjar, dan Barito Kuala partai Golkar berhasil mengantarkan dua orang kadernya untuk duduk di Senayan yakni petahana Bambang Heri Purnama dan juga pendatang baru Sandi Fitrian Noor, dari partai Nasdem Muhammad Rifqinizamy Karsayuda, Habib Aboe Bakar Al Habsy dari PKS, Muhammad Rofiqi dari partai Gerindra, dan juga Pangeran Khairul Saleh dari PAN.

Dari dapil Kalsel II yang terdiri dari kota Banjarmasin, kota Banjarbaru, Tanah Bumbu, Tanah Laut, dan Kotabaru nama-nama caleg yang melenggang ke Senayan yakni: Endang Agustina dan Sudian Noor dari PAN, Hasnuryadi Sulaiman dari Golkar, Hj Mariana dari Gerindra, dan Rahmat Trianto dari partai Nasdem.

Sayangnya dari total 11 kursi yang diperebutkan oleh para caleg baik dari dapil Kalsel I dan Kalsel II hanya ada satu caleg perempuan yang berhasil tembus ke Senayan yakni pendatang baru asal partai Gerindra Hj Mariana dari dapil Kalsel II. Hj Mariana selaku Ketua Dewan Pimpinan Daerah Gerindra Kalimantan Selatan dan juga Wakil Ketua DPRD Kalimantan Selatan ini berhasil mengantongi 56.949 suara. Sedangkan dua orang anggota DPR RI perempuan petahana yang ada seperti Rosiyati MH Thamrin dari Fraksi Partai Demokrasi Perjuangan yang mewakili Dapil 1 Kalsel dan juga Hj. Aida Muslimah dari partai yang sama namun mewakil Dapil II Kalsel gagal untuk kembali memperoleh kursi di Senayan.

Rendahnya keterwakilan perempuan Kalimantan Selatan di DPR RI semakin membuat aspirasi perempuan di Kalimantan Selatan sulit untuk tersampaikan. Padahal beberapa permasalahan serius seperti kekerasan dalam rumah tangga, pernikahan dini, dan juga sulitnya perempuan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak merupakan permasalahan yang harus dihadapi oleh perempuan di Kalimantan Selatan.

Mengapa keterwakilan perempuan terkesan sulit untuk dicapai?

Sulitnya keterwakilan perempuan di dunia politik memperlihatkan bahwa masih ada permasalahan yang dihadapi perempuan dalam berkecimpung di dunia politik. Permasalahan yang dihadapi perempuan dalam terjun di dunia politik diantaranya adalah masih kuatnya anggapan masyarakat bahwa perempuan hanya memegang peran domestik dan juga reproduksi. Kuatnya anggapan tersebut disebabkan budaya yang telah lama tertanam di masyarakat yang kemudian sulit untuk dipisahkan dari masyarakat. Kentalnya budaya patriarki di masyarakat sendiri juga menghambat perempuan untuk terjun di dalam dunia politik. Apalagi dengan adanya anggapan bahwa dunia politik merupakan dunia laki-laki, sehingga kemudian menimbulkan adanya bias yang kemudian membatasi gerak perempuan dalam bidang politik. Permasalahan lainnya yang terjadi di kalangan perempuan dalam bidang politik juga turut serta datang dari partai politik sendiri. Hal ini dikarenakan sejak proses seleksi, perempuan seringkali mengalami diskriminasi dan juga dikesampingkan. Contoh lainnya adalah perempuan terkadang ditempatkan pada posisi yang kurang strategis dalam struktur partai, seperti di bagian yang tidak memiliki kesempatan untuk pengambilan keputusan politik.

Permasalahan juga datang dari lingkup internal perempuan itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan ketimpangan yang berakibat pada terbatasnya akses perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Hal ini mengakibatkan perempuan memiliki pemahaman yang kurang dalam hak-hak politik yang mereka punya dan juga lebih memiliki sedikit kesempatan dalam peran pengambilan keputusan. Patriarki juga semakin membatasi gerak langkah perempuan dalam menuju kemajuan yang akibatnya terjadi diskrimasi gender, rendahnya partisipasi perempuan dalam berbagai bidang. Permasalahan ini dapat diatasi dengan melakukan program edukasi dan juga kegiatan-kegiatan yang memberdayakan perempuan, serta dapat dilakukan dengan menigkatkan akses terhadap pendidikan dan pelatihan, dan membangun solidaritas dan kerjasama antar sesama perempuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun