Hai Sobat Kompasiana!
Dalam perspektif filsafat pendidikan islam, semua makhluk pada dasarnya adalah peserta didik. Kenapa? Karena dalam islam dikatakan sebagai murabbi, mu'allim, atau muaddib. Allah SWT pada hakikatnya adalah pendidik bagi seluruh makhluk ciptaan-Nya.
Peserta didik memiliki ciri-ciri yaitu, lemah dan tidak berdaya, berkemauan keras untuk berkembang, ingin memperoleh pengetahuan dengan usaha diri sendiri.
Ada beberapa tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh peserta didik:
- Selalu membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu
- Belajar dengan sungguh-sungguh dan tabah
- Memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu
- Belajar yang bertujuan mengisi jiwa  dengan berbagai keutamaan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
- Senantiasa mengulangi materi pelajaran, baik di waktu senja dan menjelang subuh
Kemudian berikut adalah etika peserta didik dalam pembelajaran:
- Belajar dengan nilai ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT
- Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrawi
- Bersikap tawadhu (rendah hati)
- Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran
- Mempelajari ilmu yang terpuji
- Belajar secara bertahap
- Mempelajari suatu ilmu sampai tuntas
- Memprioritaskan ilmu diniyah
- Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan
Setiap peserta didik memiliki potensi, dan potensi sama halnya dengan fitrah. Dalam agama islam, pandangan terhadap potensi (fitrah) manusia adalah dasar pengembangan manusia. Kehadiran pendidikan islam merupakan sebuah keharusan karena fitrah manusia merupakan potensi yang terpendam dan belum berkembang, untuk itu memerlukan sentuhan dari pihak lain untuk menjaga, mengarahkan, dan mengembangkannya oleh tidak lain tidak bukan yaitu guru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H