Belakangan ini area Laut Cina Selatan menjadi bahan perbincangan negara-negara internasional. Memanasnya area ini memungkinkan adanya eskalasi konfrontasi antara negara-negara yang mengklaim bagian-bagian dari Laut Cina Selatan sebagai miliknya. Indonesia termasuk sebagai salah satu negara pengklaiman tidak menginginkan konflik, sama seperti negara yang lain. Oleh karena itu, Indonesia harus mempersiapkan diri agar kedaulatannya tetap terjaga.
Sebelum seseorang mengurus lahan rumahnya, dia harus membersihkan kamarnya terlebih dahulu. Kita mengetahui bahwa hal ini bekerja baik, kita bisa pelajari dengan doktrin monroe dimana Amerika Serikat mengisolasi dirinya (memperkuat negara) dari Eropa sebelum menyebarkan influensinya ke setiap sudut dunia.
Kestabilan dalam negeri, yang bisa dalam sebuah bentuk persetujuan akan kebijakan asertif terhadap Laut Cina Selatan mampu membuat politik dalam negeri yang terpisah untuk menghadap ke satu prioritas yang dimana mereka semua bisa menyatu dan bersetuju bahwa: Kedaulatan Indonesia di Laut Cina Selatan tidak bisa dinegosiasikan.
Selama kita tidak mempunyai penyeimbang agar pengancam kita bisa mendengar kita dengan benar, pengancam kita akan selalu mempunyai senjata yang di bisa di arahkan kepada kita. Indonesia harus melawan dengan hormat, dan tidak mengatakannya dengan mentah-mentah.Â
Kita masih harus ingat bahwa ada semacam court intrigue dalam diplomasi. Kita harus berhati-hati memakai kata, jangan mengucapkan apa kita akan/tidak lakukan. Pastikan penyelesaian sekuritas kedaulatan laut Indonesia tidak mengangkat pandangan sang pengancam kedaulatan. Hal terakhir yang kita inginkan adalah konflik.Â
Jika kita mempunyai kekuatan penyeimbang (dengan cara memakai kekuatan sendiri atau juga bantuan ASEAN yang lebih menyatu dalam menyelesaikan masalah), maka pengancam akan berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan gerakan yang semena-mena. Kita tidak perlu supermasi seluruh laut, melainkan hanya Laut Cina Selatan.
Supremasi ini kita bisa raih dengan beberapa cara; mandiri dan kerja sama. Cara yang pertama mungkin memerlukan kita untuk mengeluarkan uang dan kerja keras yang banyak untuk meraih titik puncak keamanan kedaulatan kita.Â
Akan tetapi, kita hanya menjaga bagian wilayah kita dan tidak tertarik ke konflik luar. Mungkin kita bisa menyimpan uang kita dengan membangun tempat Surface to Air Missile (SAM) daripada mengeluarkan uang untuk membeli sebuah jet multifungsi/multirole, atau membangun radar untuk mendeteksi kapal laut. Semua ini perlu uang, tetapi kita punya alternatif lain.
Kerja sama dengan ASEAN adalah kebalikannya. Kita mungkin akan tertarik ke sebuah konflik, dan pengeluaran kita bisa saja lebih murah dari sebelumnya. Bagusnya, pilihan ini bisa menjadi peluang untuk Indonesia untuk meraih sebuah posisi lebih kuat di ASEAN dengan cara memfungsikan sebuah konflik sebagai sebuah jalan ke tingkat tinggi. Membuat Indonesia yang merupakan regional power, menjadi major power. Tidak hanya kuat di Asia Tenggara, melainkan seluruh Asia.Â