Indonesia adalah negara yang memiliki keragaman mulai dari budaya, bahasa, suku, agama, dan banyak lagi keragaman yang dimiliki oleh Indonesia. Setiap tempat memiliki local wisdom sendiri-sendiri dan keunikan tersendiri, dan hal tiu sebagai mecerminkan masyarakatnya. Terkhususnya di salah satu kabupaten di provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Gresik. Kabupaten yang terletak di pesisir laut pantai utara ini juga memiliki budaya yang tidak kalah unik dengan budaya ditempat lain. Salah satunya budaya malam selawe pada bulan ramadhan atau jika diartikan malam dua puluh lima pada bulan ramadhan atau pada saat malam ganjil. Tradisi malam selawe di Desa Giri Kedaton, Kecamatan Kebomas, sudah berlangsung sejak masa Sunan Giri. Tradisi ini muncul dari keinginan Sunan Giri untuk mengumpulkan para santrinya, baik yang berada di Jawa Timur maupun di luar wilayah tersebut. Beliau memilih malam ke-25 di bulan Ramadan sebagai waktu berkumpul karena malam tersebut termasuk dalam 10 malam terakhir yang penuh berkah, yaitu malam Lailatul Qadar.
Kegiatan dimalam selawe ini kegiatan pasar rakyat di sepanjang daerah menuju makam sunan giri. Dimana banyak sekali umkm yang menjualkan makanan, pernak pernik ramadhan, baju, dan masih banyak lagi yang dijualkan sehingga pada saat malam ini banyak sekali masyarakat yang berpartisipasi baik dari kalangan anak-anak sampai orang tua, dari yang beragama Islam maupun non Islam hal ini sebagai nilai moderasi beragama, jadi semua masyarakat dapat menikmati budaya ini. Orang luar gresik pun juga bisa mengikuti kegiatan ini. Masyarkat bisa berkeliling melihat dan membeli semua produk-produk yang diperjual belikan. Masyarakat muslim juga bisa ziarah ke makam sunan Gresik dan makam sunan maulana malik ibrahim. Banyak yang dapat dilakukan di malam selawe ini apalagi bertepatan dengan malam ganjil pada bulan suci ramadhan dimana malam lailatul qadar akan turun, jadi banyak kegiatan yang bisa dilakukan selain berkeliling di pasar rakyat tapi juga bisa i’tikaf di masjid, ziarah, dzikir, dan melakukan ibadah lainnya. Pelaksanaan tradisi ini berlangsung pada malam ke-25 Ramadan di masjid. Tradisi yang dimulai pada zaman Sunan Giri ini terus berlanjut hingga sekarang. Maknanya adalah sebagai ungkapan rasa syukur atas kesempatan menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan dan sebagai momentum untuk berziarah ke makam Sunan Giri. Selain itu, tradisi ini juga dimaksudkan untuk meraih kemuliaan malam Lailatul Qadar. Tradisi malam selawe ini dianggap sejalan dengan ajaran Islam karena mengandung nilai-nilai positif dan ibadah serta tidak mengandung unsur syirik maupun takhayul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H