Pencak Macan merupakan rangkaian arak-arakan yang sudah menjadi budaya masyarakat pesisir Gresik, tepatnya di kampung lumpur Gresik itu. budaya Pencak Macan sudah ada sejak lama sehingga menjadi adat dan tata cara yang diwariskan secara turun temurun oleh penduduk desa Lumpur Gresik yang masih memegang teguh budaya nenek moyangnya. Kesenian tradisional Pencak Macan adalah budaya yang menjadi ciri khas penduduk pesisir utara Jawa dengan filosofi perjalanan keluarga yang menjalin kehidupan berkeluarga. Tradisi Pencak Macan merupakan budaya yang sangat erat kaitannya dengan semangat masyarakat Lumpur. Seolah-olah mereka harus melakukan tradisi ini sebagai bentuk mempertahankan cara bicara simbolik pasangan yang mengikuti tradisi Pencak Macan.
Pencak Macan memiliki nilai Religius untuk mengingat dengan ucapan kepada kedua mempelai yang membuat mimbar rumah untuk bersabar dan rendah hati dalam menghadapi segala cobaan dunia yang diberikan oleh Allah SWT dan juga dalam tradisi ini selalu kita cintai dan ucapkan sholawat kepada nabi besar Muhammad SAW untuk menerima syafaat dan berkah kita dalam hidup. Tidak banyak yang diketahui tentang awal mula tradisi pencak macan, namun tradisi ini dimulai sekitar tahun 1960-an dan salah satu tempat belajar pencak macan tertua di desa Lumpur adalah Seputra yang didirikan pada tahun 1962 oleh Abdul Ghofur di Lumpur. Desa Gresik.
NILAI FILOSOFI PENCAK MACAN
Seni pencak macan yang dibawakan dalam prosesi pernikahan ini merupakan penggabungan antara tari dan pencak silat. Kesenian ini merupakan warisan leluhur Sunan Prapen (keturunan ketiga Sunan Giri) yaitu mbah Sindujoyo. Muncul pertama kali di desa Lumpur, kabupaten Gresik.
Struktur kegiatan Pencak Macan terbagi menjadi beberapa bagian. Yang pertama arak-arakan dibuka dengan Hadrah dan Kedungdang. Beberapa tokoh, tiga di antaranya menyamar sebagai harimau yaitu tokoh penguasa hutan, Kera sebagai binatang yang pandai,. Gendowo atau setan, Ksatria.
Tariannya diiringi dengan gamelan yang dipadukan dengan rebana. Instrumen gamelan terdiri dari kempul, saron, kenong, bonang, dan gong. Iringan inilah yang membuat para penari ke dalam dunia sesuai tokoh yang mereka perankan. Tenaga, gerak dan bentuk topeng macan pencak mencerminkan sifat tari yang bebas, tidak tergoyahkan dan dinamis. Pertunjukan pencak macan dilakukan di taman atau tempat terbuka lainnya dan dilakukan pada saat upacara pernikahan, khitanan atau arisan desa.
Sholawat berarti doa, mencari keberkahan, kehormatan, kemakmuran dan ibadah. Oleh karena itu Sholawat dapat diartikan ungkapan “Puji Bagi Para Nabi”. Arti dari shalawat Nabi adalah sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang[1]orang yang beriman, bershalawat lah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya .” (al-Ahzab : 56).
Ketopang adalah bunga manggar pepaya diikat dengan sapu lidi dihias dengan kertas berwarna dan ditopang oleh bambu. Filosofi pemilihan atau penggunaan nomor songo/sembilan. Ketopang dismbolkan kedatangan walisongo di pulau Jawa untuk menyebarkan dakwah Islam dan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat pulau Jawa yang sedang dalam keadaan terpuruk pada saat itu dan memberikan tempat berlindung pra peperangan Majapahit. Ketopang Songo bercerita tentang penyebaran agama Islam yang dimulai oleh sembilan Waliyullah.
Tari Pontang Lima merupakan tarian yang melambangkan kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa dalam menciptaan seluruh alam semesta. Tarian ini diiringi dengan hadrah, dengan properti pontang yang dikenakan saat menari. Pontang Lima adalah hiasan berbentuk perahu yang terbuat dari daun pisang, dihias dengan daun kelapa berisi beras ketan lima warna, dengan tumpeng daun pisang di tengahnya serta sapu lidi dan kapas di ujungnya. Filosofinya, pengantin baru harus mampu melaksanakan rukun Islam sampai akhir hayatnya untuk mendapatkan keselamatan dunia maupun akhirat. Rukun Islam antara lain: Syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji.
Adegan utama merupakan adegan terakhir dari kesenian Macan Pencak. Apalagi ada Beberapa tokoh mewakili dalam kehidupan nyata, namun dihadirkan dengan tokoh binatang, diantaranya Harimau, tokoh penguasa hutan, yang mewakili tugas suami sebagai memimpin rumah tangga. Dalam adegan pencak, harimau pertama kali muncul sebagai pembuka. Monyet, karakter sebagai hewan yang pandai, merepresentasikan tugas istri yang pandai dalam mengelola rumah tangga, sebagai karakter monyet mengikuti harimau, bergerak seperti pria dan wanita. Gendrowo, tokoh yang menggambarkan kemunculan berbagai nafsu yang sering meletus dan gejolak. Melihat harimau dan monyet damai membuat Gendoruwo marah dan ingin menggertaknya. Tujuan utama gendoruwo adalah untuk membuat suatu perselisihan. Kesatria/Ulama', sosok yang melambangkan manusia sebagai khalifah yang selalu memiliki keutamaan dan kebaikan untuk memperkuat iman dan takwa kepada Allah SWT. Ketika Gendoruwo memberontak, seorang kesatria muncul untuk mendamaikan harimau dan monyet dan menghancurkan Gendoruwo.
PERAN MAHASISWA KIP-KULIAH