Di sebuah desa terdapat 2 remaja yang bersahabat sejak awal mula memasuki kelas 10. Rumah yang jauh tak menjadi halangan untuk sering keluar bersama. Saat di MA mereka berangkat kesekolah sendiri-sendiri karna jarak rumah yang jauh, Bila sudah sampai disekolah mereka selalu bersama-sama, bercanda tawa sebentar sebelum jam bel masuk dibunyikan. Ketika jam istirahat itu tiba mereka pergi kekantin berdua untuk membeli makanan dan minuman.
Kedua remaja itu bernama uci dan azizah. Tetapi azizah lebih tua satu tahun dari uci, meskipun begitu itu tak menjadi hambatan untuk mereka. Walaupun berbeda kelas mereka selalu menjaga persahabatannya dengan baik. Setelah pulang sekolah kami menyempatkan untuk bermain bersama teman-teman yang lainnya juga walaupun sebentar. Dua sahabat ini sangat suka sekali jalan-jalan. Selalu banyak referensi untuk mereka lontarkan, namun tak satupun tempat itu mereka datangi. Sedikit lucu namun itulah mereka.
Hampir setiap hari mereka selalu kumpul bersama, tapi tidak dengan hari libur mingguan. Karna kami sibuk membantu orang tua masing-masing. Uci yang harus membantu ayah ibunya jualan dipasar, dan sementara azizah mengantar ibunya kepasar.
Persahabatan yang mereka jalin berlangsung cukup lama, banyak sekali suka duka yang mereka lewati bersama-sama. Tak terbayang sedikit pun bisa menemukan sahabat yang baik sekali, Â semula hanya dua orang asing yang tak saling mengenal satu sama lain, justru malah menjadi dua orang yang bersahabat. Hari demi hari mereka lalui bersama-sama dengan canda dan tawa.
Tak terasa mereka sudah menginjak kelas 3 MA, mereka mulai fokus untuk menghadapi ujian nanti. Mulai hari itu mereka sudah jarang bermain dan keluar bersama, tapi itu tidak menjadi halangan untuk mereka  tetap bercanda tawa bersama. Mereka sudah lelah seharian sekolah, jadi lebih memilih untuk istirahat dirumah. Dua sahabat ini menekuni pelajarannya dengan giat dan berharap mendapatkan nilai yang terbaik.
Dimana waktu ujian kelulusan yang mereka tunggu-tunggu akhirnya tiba juga, mereka saling memberi semangat satu sama lain. Ujian berlangsung hari demi hari dan akhirnya ujian itupun selesai. Meski sudah melalukan yang terbaik untuk menjawab soal dengan benar, namun mereka masih tetap merasa pasimis terhadap jawaban yang mereka berikan. Tak berselang lama pengumuman kelulusan itu pun tiba.
Kami takut, gugup, dan cemas dengan jawaban yang nantinya diberikan oleh guru-guru, perihal tentang lulus atau tidaknya mereka. Nama teman-teman sudah mulai dipanggil satu persatu untuk mengambil amplop yang berisi hasil kelulusan, dan tibalah nama mereka dipanggil untuk menerima amplop itu. Semua rasa yang mereka rasakan tadi itu semakin terasa, saat mereka mulai berjalan kedepan kelas untuk mengambil amplop tersebut. Saat semua sudah menerima amplop, guru mereka berkata apapun nilai yang kalian dapat jangan berkecil hati, tetaplah semangat. Kami pun membuka amplop yang berisi kelulusan itu dengan hati-hati, agar tidak merobek isi didalamnya. Uci dan azizah pun membuka amplop dan sontak berteriak senang langsung berpelukan karna jerit payahnya dan giatnya belajar akhirnya mendapatkan hasil yang memuaskan dan mereka dinyatakan lulus sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H