Mohon tunggu...
Dzaky Moe
Dzaky Moe Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Lone Stranger

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Empat Sifat Wajib Seorang Muslim

3 Maret 2014   16:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:17 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Demi Masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, beramal sholeh, saling mewasiatkan dalam kebenaran dan saling mewasiatkan dalam kesabaran.” (QS. Al-‘Ashri: 1-3)


Nasyid Empat Sifat Wajib Rasul

Ada empat sifat dimiliki rasul

Pertama shiddiq, kedua amanah

Ketiga tabligh, keempat fathonah

Shiddiq, satu kata dengan perbuatan

Amanah, tidak khianat dan terpercaya

Tabligh, ilmu Allah disampaikan jelas

Fathonah, cakap dan cerdas.

Ketika kita masih duduk di bangku SD, oleh guru agama kita, kita diajarkan tentang 4 sifat wajib yang harus dimiliki oleh Nabi dan Rasul. Keempat sifat itu adalah:

1.Shiddiq (jujur)

2.Amanah (dapat dipercaya)

3.Tabligh (pandai dalam menyampaikan)

4.Fathonah (cerdas)

Keempat sifat inilah yang dimiliki oleh seorang Nabi dan Rasul sebelum mereka diangkat menajdi Nabi dan rasul. Dan datanglah wahyu kepada mereka yang menyempurnakannya sehingga menjadilah mereka orang-orang yang dipilih oleh Allah menjadi utusan-Nya kepada makhluk-Nya. Kita menyebutnya 4 sehat 5 sempurna.

Sebenarnya sifat ini juga harus dimiliki oleh seorang muslim yang wajib meneladani sifat Nabi dan rasul tersebut. Karena tiadalah yang pantas dijadikan sebagai teladan melebihi mereka.

Tapi, yang menjadi masalah adalah ketika seorang muslim hanya meneladani sebagian dari sifat-sifat tersebut. Contoh, jika seorang muslim hanya meneladani sifat shiddiq dan amanahnya saja tapi tidak pandai dalam tabligh dan tidak cerdas dalam berpikir, maka kebaikan yang dia miliki hanya akan menjadi miliknya saja dan tidak bisa disampaikan ke orang lain.

Dan yang lebih parah dari itu, adalah ketika seseorang hanya meneladani sifat pandai dalam tabligh (menyampaikan) dan pintar dalam berpikir, maka keberadaannya akan menjadi musibah dalam tubuh kaum muslimin.

Betapa tidak ketika ada orang yang pintar cendekiawan dan dia pandai dalam menyampaikan sebuah opini, wacana, pendapatnya, baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan tapi dia tidak memiliki sifat shiddiq (jujur) dan sifat amanah (dapat dipercaya), maka ilmu yang dia miliki dapat disalahgunakan dan akan menjadi bumerang bagi islam sendiri.

Dan inilah yang banyak kita saksikan belakangan ini, ketika seorang yang terkenal akan kepintarannya dan piawainya dalam berkata-kata mampu menyihir para pendengarnya yang awam, sehingga mereka mengangguk-angguk tanda setuju.

Orang-orang yang seperti inilah yang ketika dibacakan kepadanya ayat al-Qur`an atau hadits-hadits Rasulullah yang dengan jelas menerangkan sebuah berita, atau memerintahkan suatu perintah atau melarang dari hal yang haram, mereka akan melakukan interpretasi dan menafsirkan ayat tersebut tidak sebagaimana yang dipahami oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Sehingga sebagian dari mereka disebut-sebut sebagai cendekiawan muslim tapi perkataannya dan tulisannya amat jauh dari agam islam yang dibawakan oleh Rasulullah.

Mereka dengan kepintaran yang mereka miliki dan retorika yang mereka punyai mampu menyihir masyarakat awam yang tidak tahu apa-apa. Dari mulut-mulut mereka dan pada tulisan-tulisan mereka, mereka bisa menghalalkan sesuatu yang sudah jelas keharamannya, dan mengharamkan sesuatu yang sudah pasti kehalalannya. Larangan dapat menjadi perintah dan perintah dapat menjadi larangan.

Mereka bisa – dengan kepintaran yang mereka miliki – berpendapat bahwa jilbab itu bukanlah bagian dari syari’at dan tidak wajib, jilbab hanyalah produk budaya Arab, zina itu boleh jika dilakukan suka sama suka, minuman keras itu halal karena dapat membuat rileks, riba itu boleh karena mendatangkan keuntungan bagi sesama, judi itu boleh jika tidak ada permusuhan yang terjadi setelahnya, hubungan cinta sejenis itu boleh karena itu adalah hak asasi manusia.

Di mulut mereka, sesuatu yang sebenarnya baik dapat menjadi sesuatu yang buruk, orang yang rajin shalat malam, hafal al-Qur`an, rajin jama’ah di masjid adalah ciri-ciri teroris. Al-Qur`an adalah kitab yang porno karena di dalamnya ada ayat tentang menyusui, para sahabat Rasulullah adalah orang-orang munafik yang hanya ingin mengambil keuntungan dengan keislaman mereka.

Subhanallah. Ampuni kami ya Allah.

Teladan terbaik kita adalah Rasulullah dan oarng-orang yang hidup bersama beliau. Kepada merekalah diturunkan ayat,

كُنْتُمْ خَيْرُ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَ تَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَ تُؤْمِنُونَ بِالله

“Kalian adalah sebaik-baik ummat, yang dikeluarkan untuk manusia, kalian memerinthkan kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran, dan kalian beriman kepada Allah. (QS. Ali Imran: 110)

Maka, sudah sepantaslah kita mengambil teladan dari mereka, menjalani hidup sesuai dengan contoh yang telah diajarkan oleh mereka. Seorang muslim harus mendahulukan ilmu sebelum berkata dan beramal. Mereka adalah kaum yang menggabungkan antara aqidah yang benar, iman yang kokoh, ilmu yang luas, amalan yang penuh kesungguhan, dakwah kepada yang haq, dan kesabaran dalam menjalani semua itu.

Semoga Allah memberikan kepada kita ilmu yang bermanfaat, rezki yang barokah dan ibadah yang diterima.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun