Mohon tunggu...
Ahmad Dzaky Khairi
Ahmad Dzaky Khairi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Andalas. Tertarik pada isu/studi mengenai Timur Tengah dan Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Haji Agus Salim dan Pudarnya Tradisi Diplomat Minangkabau

3 Juli 2024   20:35 Diperbarui: 3 Juli 2024   21:36 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Padangkita.com

Minangkabau merupakan suku mayoritas yang berasal dari wilayah Sumatera Barat. Pada masa awal kemerdekaan, Minangkabau terkenal sebagai etnis penghasil intelektual dan pejuang-pejuang hebat bagi tanah air. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai serta falsafah yang terkandung dalam budaya Minangkabau. Budaya Minangkabau mengajarkan. Karakter bukan lah sesuatu yang kita dapatkan ketika lahir. Karakter terbentuk dan berkembang seiring dengan pertumbuhan seorang manusia. Oleh karena itu, karakter seseorang tidak terlepas dari pengaruh yang diberikan oleh masyarakat sekitar dirinya. Hal ini lah yang kemudian dapat kita asumsikan bahwa karakter dan kemampuan Haji Agus Salim yang jago dalam berdiplomasi dan kritis akan berbagai hal beliau dapatkan dari suku atau masyarakat sekitarnya, yaitu Minangkabau.

Yus Datuak Parpatiah nan Sabatang, seorang budayawan Minangkabau mengatakan bahwa "Orang minang menyelesaikan suatu permasalahan itu bukan dengan otot (fisik) tapi dengan otak (pikiran). Senjata bagi orang minang adalah mulutnya". Dalam adat dan budaya masyarakat Minangkabau, terdapat dua tempat penting bagi seseorang untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan jago dalam berdebat diluar lembaga sekolah dan adat, yaitu surau dan lapau. Menurut beliau, surau dan lapau memegang peranan penting dalam membentuk kemampuan berdiplomasi dan berpikir kritis orang minang.

Sumber: IndoArtNow | Artwork | Antara Surau dan Lapau (2018) by Kamal Guci
Sumber: IndoArtNow | Artwork | Antara Surau dan Lapau (2018) by Kamal Guci
Surau selain menjadi tempat untuk belajar ilmu agama, juga menjadi tempat bagi anak-anak untuk diajarkan mengenai "pasambahan", yaitu suatu dialog yang disusun dengan rapih guna memiliki makna yang dalam dan bernilai seni. Surau juga menjadi tempat bagi anak-anak untuk saling berdebat kusir, berbalas pantun, bertukar teka-teki yang mana semua kegiatan tadi secara tidak langsung dapat mempertajam dan melatih intelegensi dan kemampuan mereka dalam berdiplomasi. Lain hal dengan lapau, lapau atau warung dikenal sebagai tempat bagi kaum-kaum muda maupun tua untuk melepas lelah dan bercengkrama sambil membahas berbagai permasalahan. Dalam forum lapau, tidak lagi ada sekat pembatas antar tiap individu sehingga semua orang bisa memberikan pendapat dan tidak ada kebenaran yang mutlak dalam hal tersebut. Pembahasan yang beragam dan banyaknya pikiran yang berbeda membuat semua orang yang ada di lapau dapat mengetahui berbagai hal. Lapau menjadi media bagi masyarakat Minangkabau untuk menyampaikan pandangan, gagasan, bertukar informasi sehingga secara tidak sadar membentuk suatu pola diplomasi ala Minangkabau.

Namun cukup disayangkan beberapa dekade terakhir tidak lagi muncul diplomat-diplomat hebat maupun intelektual fenomenal dari tanah Minangkabau. Pergeseran budaya dan perubahan gaya hidup akibat kemajuan teknologi menjadikan nilai-nilai ataupun falsafah budaya Minangkabau kurang menarik bagi sebagian masyarakat, khususnya anak-anak muda. Banyak surau yang kini ditinggalkan, hanya menyisakan orang-orang tua namun sedikit sekali anak muda didalamnya. Lapau pun tidak lagi populer sebagai media bercengkrama orang minang, digantikan oleh media sosial yang tidak terdapat pertemuan langsung di dalamnya. Fenomena ini tentu bukan lah hal yang baik. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah konkrit dari pemerintah dan kesadaran dari masyarakat untuk melestarikan nilai dan budaya Minangkabau guna melahirkan kembali diplomat dan intelektual hebat dari masyarakat minang yang disegani oleh lawan dan dihormati oleh kawan.

Daftar Pustaka 

Adryamarthanino, Verelladevanka. 2022. "Biografi Agus Salim, 'The Grand Old Man' Indonesia." Kompas.Com. 2022. https://www.kompas.com/stori/read/2022/04/13/080000779/biografi-agus-salim-the-grand-old-man-indonesia?page=all.

Agus, Perjuangan H, Salim Dalam, Pergerakan Nasional, D A N Menyerukan, Kemerdekaan Indonesia, and D I Kancah. 2024. "Perjuangan H. Agus Salim Dalam Pergerakan Nasional Dan Menyerukan Kemerdekaan Indonesia Di Kancah Internasional Melalui Diplomasi." Jurnal Pendidikan Sejarah & Sejarah FKIP Universitas Jambi 3, no. 1: 163--74. https://doi.org/10.22437/krinok.v3i1.31499.

Pratama, Pebriyan Arisca. 2024. "Ka Lapau Culture as a Social Identity Minang Men in Kampung Baru Padusunan Village, Pariaman Timur Distric." Sointeg Journal 1, no. 1: 22--35.

RAHMAN, ABD. 2018. "Peran Diplomasi Hadji Agus Salim Dalam Kemerdekaan Indonesia (1942-1954)." Jurnal Ilmu Humaniora.

Zein, Mas'ud. 2012. "Sistem Pendidikan Surau: Karakteristik, Isi Dan Literatur Keagamaan." Ta'dib 17, no. 02: 255--70.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun