Takdir, kemauan dan usaha yang gigih, tiga kekuatan yang dimiliki seorang wanita renta, bersama suami menunaikan rukun Islam yang ke-lima. Di masjid Asrama Haji Jawa Barat, Embarkasi Bekasi, ia mengambil saf di belakang, duduk dan mulai melantunkan ayat-ayat suci al-Qur'an.Â
Ibu Cici (54 Tahun), jamaah haji asal Sumedang, Jawa barat. kampung asalnya, saya menghampiri beliau, setelah mengucapkan salam ia menutup mushafnya dan memulai percakan.
Ibu Cici kesehariannya menjual sayur di pasar Darmaraja-Sumedang, tujuh tahun beliau menabung bersama suami. Parja (57 Tahun), Â pada masa ia belum sakit-sakitan ia mulai ke pasar jam satu dini hari dan pulang kerumahnya jika azan Asar mulai berkumandang. Namun ketika ia mulai sakit-sakitan Ibu Cici bersama suami berangkat ke pasar setelah shalat Subuh bersama suami dan anak-anaknya.
Keberangkatannya naik haji berawal dari niatnya yang kuat bersama suami. Segala daya dan upaya ia usahakan, mulai menjual sayur mayur, kelontongan serta apa saja yang bisa menghasilkan uang, "Saya selalu mendawamkan dalam hati saya, agar di berangkatkan ke tanah suci, ada aja rezeki yang Allah kasih" ungkapnya saat ditemui sehabis shalat dzuhur di Masjid Embarkasi Haji Bekasi. Kamis, (10/08/2017).
Sembari mengumpulkan dana untuk berangkat ke Baitullah, ia selalu bermunajat kepada Allah, agar selalu dimantapkan hatinya dan selalu bertawakkal kepada-Nya."Alhamdulillah, dari hasil penjualan sayur, saya tabung dan mengikuti arisan bersama teman-teman hingga uang saya terkumpul sebanyak 25 juta dan saya mampu mendapatkan kursi di tahun 2011, hingga tahun 2017 ia mampu melunaskan keseluruhan dari biaya haji" Â lanjutnya dengan wajah gembira
Sempat luntang lanting di masa lalu, mengalami kesempitan dalam ekonomi, anak laki-lakinya mulai terpengaruh dengan lingkungan yang mulai menenggak minuman keras merupakan hal terburuk yang ibu Cici alami dalam hidupnya. Hingga ia berpuasa selama 100 hari, berdo'a kepada Allah agar di mudahkan segala urusannya. sembari ia bercerita kepada saya, tak terasa air matanya mulai mengaliri pipinya, sesekali ia sesenggukkan mengingat masa lalu yang pernah ia hadapi, mulai ketika orang tuanya meninggal, hingga ia banting tulang bersama suami demi menafkahi anak-anaknya yang kecil waktu itu.
Semua jamaah pasti memiliki azam yang tinggi dan berharap banyak jika sesampainya mereka di tanah suci salah satunya untuk memanjatkan Do'a, sama halnya dengan ibu Cici, ia memiliki harapan yang kuat agar dimudahkan sesampainya di  Baitullah. "Insya Allah, jika saya sampai di Makkah, saya ingin shalat di depan ka'bah dan berdo'a agar anak-anak saya menjadi anak yang shalih dan shalihah, rajin beribadah, dijauhkan dari bala dan mara bahaya, di panjangkan umurnya, serta diberikan segala kebaikan".
Di balik kesuksesannya berangkat ke baitullah, ada kebiasaan yang ia amalkan bersama suaminya serta mengajak keluarganya yang lain untuk selalu mengamalakan, bahwa Ibu Cici selalu berusaha untuk  bersedekah kepada orang yang lebih membutuhkan darinya, "Banyak sadaqah nak kepada anak yatim piatu dan peduli kepada sesama, insya Allah di mudahkan segala urusan kita" ia berpesan kepada saya.
"Selalu bahagia nak, meski sesusah apa pun kamu. Allah masih selalu bersama kamu" pesan terakhir Ibu Cici sambil menberikan senyuman sebelum ia pamit ke kamarnya kepada saya.
Selamat menunaikan Ibadah haji Ibu Cici beserta suami, semoga Allah menjadikan haji yang mabrur.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H