Ditulis oleh: Tim Sekola Kembara
----
Ketimpangan akses pendidikan antara wilayah perkotaan dan perdesaan masih menjadi masalah serius di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa hanya sekitar 23,05% anak dari pedesaan yang dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, jauh di bawah anak-anak perkotaan yang mencapai 37,13%.
Desa Bojong Barat di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, merupakan salah satu contoh nyata dari tantangan ini. Berjarak sekitar satu jam dari pusat kota Purwakarta, desa ini memiliki keterbatasan akses terhadap pendidikan berkualitas. Jarak sekolah, infrastruktur yang terbatas, dan minimnya sarana belajar menjadi hambatan utama yang dihadapi oleh siswa-siswa di sana.
Hambatan Sosial, Geografis, dan Budaya
Faktor geografis sering kali menjadi penghalang utama. Di banyak desa seperti Bojong Barat, anak-anak harus menempuh perjalanan panjang hanya untuk bersekolah di SMA atau mengikuti bimbingan belajar yang memadai. Tidak jarang, kondisi ini memaksa sebagian siswa untuk menyerah mengejar pendidikan tinggi.
Selain itu, struktur sosial budaya juga memengaruhi keputusan pendidikan. Masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan tinggi bukan prioritas. Faktor ekonomi dan rendahnya pemahaman tentang pentingnya pendidikan berperan besar dalam hal ini. Hal ini terlihat dari banyaknya anak yang tidak mendapatkan izin untuk melanjutkan pendidikan setelah lulus sekolah menengah atas.
Membangun Harapan melalui Ruang Belajar Bersama dan Sosialisasi Pendidikan
Meski dihadapkan dengan berbagai hambatan, upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di desa Bojong Barat tetap berjalan. Berbagai inisiatif digalakkan, termasuk mengadakan seminar pendidikan dan sesi sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan tinggi di kalangan siswa dan orang tua.