Mohon tunggu...
Dzakwan Ariqah
Dzakwan Ariqah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Institut Teknologi Bandung

Sedang mengisi waktu luang dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Implikasi Kebijakan Penambahan Jam Belajar dan Pengurangan Istirahat di Sekolah

19 Juli 2024   00:01 Diperbarui: 19 Juli 2024   00:03 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Acer Indonesia

Sekolah adalah institusi yang bertujuan untuk mendidik dan mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan masa depan. Dalam penyelenggaraannya tentu saja dibutuhkan pengoptimalan kurikulum yang maksimal dengan berlandaskan asas efektif dan efisien. Dalam beberapa kasus, saya pernah mengalami penambahan waktu jam belajar dan pengurangan waktu istirahat. Tentunya, hal semacam ini mungkin tidak hanya terjadi di sekolah saya dulu. Namun, apakah kebijakan semacam ini telah memenuhi efektivitas dan efisiensi dalam pembelajaran. Jangan sampai hal ini hanyalah program yang berorientasi kepada tujuan yang tidak memanusiakan siswa yang menjadi sasaran dan korban dari kebijakan tak bermakna.


Penambahan waktu belajar seringkali didasari oleh keinginan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan lebih banyak waktu di kelas, diharapkan siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang materi pelajaran. Selain itu, tambahan waktu belajar juga memungkinkan guru untuk mengeksplorasi metode pengajaran yang lebih variatif dan mendalam, serta memberikan lebih banyak waktu untuk diskusi dan praktek.


Dalam konteks persaingan global, pendidikan yang lebih intensif diharapkan dapat menghasilkan siswa yang lebih kompetitif. Siswa dengan waktu belajar yang lebih banyak berpotensi untuk meraih prestasi yang lebih tinggi, baik di tingkat nasional maupun internasional.


Penambahan waktu belajar dapat memberikan sejumlah manfaat. Pertama, siswa memiliki lebih banyak waktu untuk memahami materi pelajaran. Kedua, guru dapat memberikan perhatian lebih pada siswa yang memerlukan bantuan tambahan, sehingga kesenjangan dalam pemahaman dapat diminimalisir. Ketiga, kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung akademik, dapat lebih mudah diintegrasikan ke dalam jadwal sekolah.Selain itu, kebijakan ini dapat membantu membentuk disiplin dan tanggung jawab pada diri siswa. Dengan jadwal yang lebih padat, siswa akan belajar untuk mengatur waktu dengan lebih efektif dan efisien.

Namun, kebijakan penambahan waktu belajar dan pemangkasan jam istirahat juga memiliki sisi negatif yang perlu diperhatikan. Salah satu dampak utama adalah potensi kelelahan pada siswa. Dengan waktu belajar yang lebih panjang dan istirahat yang lebih singkat, siswa mungkin akan merasa lelah dan kurang fokus. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan kualitas belajar, alih-alih peningkatan.


Jam istirahat yang lebih singkat juga dapat mengurangi waktu yang siswa miliki untuk bersosialisasi dan melepaskan penat. Interaksi sosial dan waktu istirahat yang cukup penting untuk perkembangan emosional dan sosial siswa. Ketika waktu istirahat dikurangi, siswa mungkin kehilangan kesempatan untuk berinteraksi secara informal dengan teman-teman mereka, yang bisa berdampak negatif pada perkembangan sosial mereka.


Sekolah sebagai pembuat kebijakan harus melek dengan keadaan siswa. Begitupula seorang kepala sekolah sebagai pimpinan harus terbuka dengan masukan termasuk siswa. Dalam beberapa kasus barangkali siswa tidak dapat menyampaikan aspirasi kepada pihak sekolah karena kebjikan yang dibuat tidak memberikan ruang aspirasi dan partisipasi warga sekolah. Hal ini tidak boleh dibiarkan, perjalanan belajar mengajar disebuah satuan pendidikan harus memerhatikan seluruh pihak yang terlibat. Sungguh sangat mengherankan jika sekolah membuat kebikan untuk menambah jam pelajaran dan mengurangi jam istirahat hanya karena ambisi untuk mencapai tujuan yang digagalkan oleh kebijakan itu sendiri.


Alih-alih mengambil kebijakan demikian, sekolah harus memerhatikan aspek keseimbangan ideal antar waktu belajar dan istirahat. Keseimbangan ini diperlukan pendekatan yang holistik dan fleksibel. Salah satu solusinya adalah dengan mempertimbangkan variasi dalam metode pengajaran. Pengajaran yang interaktif dan menyenangkan dapat membuat siswa lebih terlibat dan termotivasi, sehingga mereka tidak merasa terbebani meskipun waktu belajar ditambah.


Namun sebaliknya, jika cara mengajar guru kurang interaktif dan menyenangkan, siswa akan menjalaninya dengan terpaksa dan akhirnya pembelajaran akan sia-sia.
Lebih lanjut, waktu istirahat tak kalah penting untuk diperhatikan. Sekolah harus memastikan bahwa waktu istirahat yang ada dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya; tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Ketika sebuah kebijakan untuk mengurangi jumlah waktu istirahat dilakukan, evaluasi adalah kewajiban yang harus dijalankan. Tanggapan, keluhan, kritik, dan saran dari warga sekolah yang merasakan harus didengarkan sebagai acuan perbaikan jika diperlukan.


Selain itu, peran orang tua dan guru sangat penting dalam mendukung kebijakan ini. Orang tua perlu memberikan dukungan moral dan memastikan bahwa anak-anak mereka mendapatkan waktu belajar yang efektif disekolah dan istirahat yang cukup. Sementara itu, guru perlu peka terhadap tanda-tanda kelelahan dan stres pada siswa, serta siap untuk memberikan bantuan dan bimbingan yang diperlukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun