Mohon tunggu...
Dzakwan Ariqah
Dzakwan Ariqah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Institut Teknologi Bandung

Sedang mengisi waktu luang dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Untukmu Para Pejuang Perguruan Tinggi Negeri

14 April 2024   10:01 Diperbarui: 14 April 2024   10:47 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: canva

Kamu selalu melewati kegagalan dalam perjalanan menuju kesuksesan." - Mickey Rooney

Sekitar dua bulan yang lalu, saya sempat menulis sebuah artikel yang terbit di kompasiana yang bertajuk "Siswa Eligible Harus Sadar: SNBP, Ajang Adu Nasib Calon Mahasiswa". Artikel itu saya tulis ketika saya masih menjadi bagian dari peserta Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Pengumuman hasil kelulusan yang masih dalam bayang-bayang, memantik saya untuk mengajak teman-teman satu perjuangan untuk tidak berharap lebih pada SNBP. Saya berkeyakinan menaruh harapan yang lebih akan berakhir pada ketiadaan semangat yang tinggi untuk menyiapkan diri di Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT).


Saya menyadari bahwa siapapun diantara kami yang termasuk bagian dari siswa eligibel pasti mempunyai harapan dan doa yang sama. Lulus masuk PTN lewat jalur SNBP memang sebuah impian yang didambakan oleh siswa eligibel. Di antara doa-doa yang bertarung di langit, saya menyadari bahwa mustahil jika seluruh pendaftar SNBP bisa lolos. Bahkan saya mengetahui bahwa kuota siswa yang diterima di jalur tersebut bahkan tidak mencapai angka 50% dari jumlah pendaftar SNBP tahun. Oleh karena itu, dibawah puncak pengharapan pada lolos SNBP, saya selalu mengingatkan diri saya dan teman-teman bahwa kesiapan diri kita perlu dilatih, terutama mental yang harus bisa menerima dan hati yang berlapang dada terhadap hasil yang didapatkan.


Alhasil, ketika pengumuman, saya seolah membuktikan bahwa apa yang pernah saya tulis adalah sebuah kenyataan. SNBP sebagai jalur gaib  menurut saya adalah sebuah realita yang menyisakan banyak tanda tanya. Dibalik rasa syukur yang saya panjatkan ketika lolos SNBP, hati seolah bertanya pada apa yang ada di depan mata saya. Banyak teman-teman saya dengan segudang prestasi ditingkat provinsi hingga internasional harus gagal lolos jalur SNBP. Padahal, jurusan yang mereka ambil sudah linear dengan piagam prestasi yang mereka lampirkan sebagai dokumen pendukung. Sebaliknya, sebagaian kecil dari mereka yang lolos di perguruan tinggi favorit justru bisa dikatakan sebagai siswa yang "biasa-biasa saja". Inilah realita manis dan pahit yang ada setiap tahunnya. Namun, saya yakin ini hanyalah sebagai 'gerbang pembuka' untuk sebuah perjalanan panjang calon mahasiswa baru.


Mari Memutar Arah!

Saya mengutip sebuah kalimat indah yang disampaikan oleh Zig Ziglar bahwa kegagalan adalah jalan memutar, bukan jalan buntu. Analogi itu rasaya pas untuk menggambarkan perjalanan para pejuang perguruan tinggi negeri (PTN). Tidak berhasil masuk PTN lewat jalur SNBP hanyalah menutup satu pintu dan membuka pintu yang lain. Anda hanya perlu memutar arah dan menempuh perjalanan baru untuk sampai dipintu yang lain bernama SNBT. Memang bukanlah hal yang mudah untuk mengubah arah ketika kita yakin bahwa kita semua punya keyakinan dan harapan akan masuk lewat pintu yang pertama. Namun, berhenti disatu pintu dan menangisi pintu yang sudah tertutup bagi kita rasanya adalah hal yang jauh lebih buruk karena mustahil pintu itu untuk terbuka kembali. Oleh karena itu, jiwa dan mental seorang pejuang harus kita harus kita gunakan. Bangkit dari kegagalan menuju keberhasilan yang tertunda adalah sebuah keharusan untuk mereka yang mengingkan arti hebatnya perjuangan.


Ingatlah, manisnya kesuksesan akan sebanding besarnya pengorbanan. Anda tidak perlu menaruh rasa iri atas pencapaian yang dirasakan siswa yang lolos SNBP. Barangkali mereka telah berjuang untuk mencapai hal tersebut sejak mereka belajar di SMA. Perihal takdir tidaklah etis untuk disesali sedemikian rupa hingga kita melupakan tujuan besar itu. Sudah saatnya kini, para pejuang PTN bangkit, lupakan kesedihan yang dirasakan dan mari menatap kedepan akan impian yang kita cita-citakan. Nikmatilah perjalanan dengan dinamika disepanjangnya. Jadikan kegagalan dimasa lalu sebagai pemacu diri menuju kesuksesan dimasa yang akan datang. Selamat berjuang para pejuang perguruan tinggi dan sampai bertemu di pintu kesuksesan.


Belitung Timur, 14 April 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun