Mohon tunggu...
Bang Pray
Bang Pray Mohon Tunggu... Freelancer - Educator, Microsoft Inovative Educator, Writer

Pengajar dan pendidik yang menginginkan perubahan pendidikan yang lebih baik, sebagaimana konsep pendidikan Islam dalam waktu yang singkat menghasilkan orang-orang yang hebat. Tertarik pada teknolgi informasi, aplikasi android, teknologi pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Optimis adalah Bahan Bakar Kehidupan

1 Mei 2020   04:33 Diperbarui: 1 Mei 2020   04:37 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibarat kendaraan bermotor yang membutuhkan bahan bakar untuk mendorongnya agar dapat bergerak, kehidupan ini juga demikian adanya memerlukan sebuah bahan bakar untuk mendorong kita agar terus bergerak, nah bahan kehidupan itu adalah optimis. Tanpa optimis kadang-kadang timbul dalam diri kita gundah, stres, suram, dan berbagai penyakit jiwa dan medis di tengah-tengah keluarga.

Pasangan suami-istri adalah orang yang paling utama menjadikan optimis sebagai pembimbing dan motor penggerak sepanjang hidup berumah tangga dan berkeluarga. Jadikan seluruh perasaan, ungkapan, dan perilaku selalu positif, meski kondisi menghimpit, rezeki sulit, menghimpit hidup. Anggaplah setiap musibah itu baik, anggaplah setiap musibah itu ujian untuk meningkatkan derajat kemuliaan kita di sisi Tuhan, anggaplah setiap musibah itu bentuk kecintaan Tuhan terhadap kita, karena hakikatnya setiap musibah itu mengandung hikmah ilahiyah yang bermanfaat bagi kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia itu sendiri.

Optimis adalah menganggap baik setiap kejadian yang dialami, meski itu sebuah kenyataan yang menyakitkan atau tidak sesuai hasrat dan keinginan kita. Maknanya kita mampu memandang dengan positif atau berbaik sangka, meskipun dalam padangan kita atau pandangan orang lain sebagai suatu bencana dan petaka. Hal ini senada dengan firman Allah Ta'ala:

.

Artinya:

"...Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS. An-Nisa : 19).

Sebaliknya pesimis adalah menganggap setiap kejadian yang dialami adalah keburukan, sehingga mengakibatkan diri kita putus asa, mengeluh, gundah, gelisah, sehingga berdampak buruk bagi kesehatan kita. Pesimis juga berarti su'uzhan kepada Allah swt tanpa sebab yang jelas. Meskipun ada sebab yang jelas, kita tidak boleh su'uzhan kepada Allah karena suatu kejadian yang ditetapkan-Nya atas diri kita, sebab tidak munkin, dan tidak akan pernah Allah berbuat kedzaliman pada hamba-hamba-Nya. Sebab Allah menyatakan dalam sebuah hadits Qudsi bahwa Ia telah mengharamkan diri-Nya untuk berbuat dzalim kepada makhluk ciptaan-Nya. Namun manusia sendirilah yang telah berbuat aniaya dan kedzaliman pada dirinya sendiri.

Optimis adalah bentuk husnuzhan kepada Allah swt. Seorang mukmin selalu berhusnudzan kepada Allah Ta'ala dalam setiap kondisi kehidupan yang dialaminya. Optimis menjadi tanda bahwa kita mengenal Allah swt dengan baik, sementara pesimis menandakan bahwa kita kurang mengenal Allah. Kalau kita mengenal Allah dengan baik maka kita akan selalu optimis dalam menjalani hidup dan kehidupan ini. Sebab ia tahun bahwa Allah tidak akan berbuat aniaya kepada dirinya, sebab Allah Maha Adil dan Maha Bijaksana. Ia juga mengetahui dan meyakini sepenuhnya bahwa Allah tidak akan membebani hamba-Nya dengan sesuatu di luar batas kemmampuannya.

Banyak riset membuktikan bahwa pribadi  yang optimis lebih sehat daripada yang pesimis. Dengan demikian, optimis menjadi terapi berbagai penyakit akut. Bisa jadi yang paling penting bagi orang yang sakit adalah optimis, sebab metabolisme tubuh akan bekerja lebih baik saat kita sedang dalam keadaan yang optimis. Riset di Amerika menguatkan bahwa pesimis dapat membunuh. Setelah penelitian, angka kematian bertambah bagi penderita penyakit jantung disebabkan beban perasaan, di sisi lain mereka terlalu pesimis dengan kondisi yang sedang mereka jalani.

Maka dari itu marilah kita senantiasa  optimis dalam menjalani kehidupan ini, agar kita bisa terus bergerak dan berbuat kebaikan dalam kehidupan ini. Pesimis berarti mati sebelum mati karena kita kehabisan bahan bakar sehingga membuat kita diam tak bergerak, sebab orang pesimis akan malas berbuat dan mengerjakan sesutu. Semoga kita selalu bisa optimis dalam kondisi apapun. Apalagi di tengah kondisi saat ini yang serba tidak pasti, ditengah pandemi covid-19 yang mengintai, kita butuh optimisme untuk agar kuat menjalani.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun