Dalam membina rumah tangga diperlukan kesabaran, kesabaran dalam menerima kekurangan pasangan. Bersabar terhadap perangainya yang kurang baik misanya. Dengan bersabar berarti kita menahan diri untuk melakukan hal-hal yang dapat merusak hubungan suami istri.Â
Misalnya marah-marah yang berlebihan sehingga memicu tindakan fisik, misalnya memukul. Itu semua tidak akan terjadi kalau kita bersabar, menahan diri untuk tidak menurut hawa nafsu amarah untuk dilampiaskan.
Dalam interaksi sosial dimasyarakat dibutuhkan kesabaran, karena kita bergaul dengan masyarakat yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Perbedaan pendapat kadang sering terjadi, sehingga kadang memicu perdebatan, bahkan kadang memicu konflik yang berujung baku hantam saling lempar, saling pukul, sebagaimana kita saksikan ditelevisi yang ditunjukkan oleh para pejabat yang notabene adalah publik figur.Â
Sungguh ironis sekali pemandangan seperti ini. Dipertontonkan dihadapan masyarakat luas di media televisi. Itu karena mereka tidak mampu menahan diri, menahan nafsu amarah, mereka tidak sabar, sehingga terjadi baku hantam.
Dalam menerima takdir kita harus bersabar, Karena tidak ada satu gerakan pun di alam raya ini, begitu pula tidak ada suatu kejadian atau urusan melainkan Allah lah yang mentakdirkannya. Maka bersabar itu harus. Bersabar menghadapi berbagai musibah yang menimpa diri, baik yang terkait dengan nyawa, anak, harta dan lain sebagainya yang merupakan takdir yang berjalan menurut ketentuan Allah di alam semesta.
Begitulah kesabaran menolong setiap urusan dan pekerjaan kita. Kita tidak bisa lepas dari sabar dan kesabaran dalam menjalani kehidupan ini. Maka Allah memerintahkan, "Jadikanlah shalat dan sabar itu sebagai penolongmu."(QS. Al-Baqarah: 153). Semoga kita semua senantiasa di karuniai kesabaran dalam menjalani kehidupan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H