Mohon tunggu...
Bang Pray
Bang Pray Mohon Tunggu... Freelancer - Educator, Microsoft Inovative Educator, Writer

Pengajar dan pendidik yang menginginkan perubahan pendidikan yang lebih baik, sebagaimana konsep pendidikan Islam dalam waktu yang singkat menghasilkan orang-orang yang hebat. Tertarik pada teknolgi informasi, aplikasi android, teknologi pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orang Merdeka Cukup dengan Isyarat

3 April 2020   22:05 Diperbarui: 3 April 2020   22:22 1154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Orang yang merdeka memiliki derajat yang mulia disisi manusia dari pada seorang budak (hamba sahaya). Namun disisi Allah tidak ada bedanya antara orang merdeka dan hamba sahaya, kecuali ketakwaanlah yang membedakan antara keduanya disisi Allah swt.  

Semenjak pertama kali Islam diturunkan, ia membebaskan manusia dari penghambaan sesama manusia menuju penghambaan kepada Allah swt. Kalimat tauhid adalah kalimat pembebasan bagi umat manusia dari penghambaan terhadap sesama manusia menuju penghambaan yang mutlak kepada Allah swt, Tuhan semesta alam pencipta semua yang ada di langit dan di bumi. Orang yang tunduk dan patuh sebagai hamba Allah berarti ia telah mencapai kebebasan yang hakiki. Karena ia terlepas dari rasa ketergantungan terhadap makhluk.

Perbudakan merupakan budaya bangsa Arab pada masa lalu (jahiliyah). Pada masa jahiliyah para budak seakan-akan tidak memiliki  nilai atau arti apa-apa bahkan diperlakukan tidak selayaknya manusia, diperdagangkan dan diperjualbelikan layaknya barang dagangan. Setelah datang Rasulullah saw dengan membawa risalah islamiyah, berubahlah tatanan kehidupan bangsa arab. 

Maka terangkatlah kedudukan para budak saat itu. Rasulullah saw mempersaudarakan golongan hamba dengan golongan bangsawan, Bilal bi Rabbah disaudarakan dengan pamannya Hamzah. Bukti selanjutnya, sebagai kafarat dosa dalam Islam membebaskan budak atau hamba sahaya ditetapkan sebagai opsi yang pertama.

Bagi orang yang berakal dan memiliki wawasan serta pengetahuan yang mendalam, tentu dapat membaca ruh Al-Qur'an bahwasannya Islam membenci perbudakan. Mengapa Islam membenci perbudakan? Karena perbudakaan adalah suatu perkara yang tidak bertamaddun atau tidak memiliki peradaban, namun ia adalah sesuatu yang biasa di masa lalu, misalnya kita lihat dalam film perbudakan bahwasannya ia merupakan norma dan budaya masyarakat masa lalu. Walapun Islam tidak mengharamkan perbudakan secara langsung, namun dalam ajaran Islam nampak jelas bahwa Islam tidak menyukai dan membenci perbudakan.

Pada zaman modern sekarang ini telah banyak manusia yang menjadi budak, bahkan merelakan dirinya untuk menjadi budak. Manusia telah diperbudak oleh hawa nafsu, harta, kedudukan, pangkat dan jabatan. Sehingga menghalalkan segala cara untuk mencapainya. Ia tidak lagi peduli terhadap rambu-rambu dan syariat Islam yang telah ditetapkan oleh Allah swt. 

Nasehat dan peringatan yang telah diberikan oleh para da'i dan penceramah tidak membuat para manusia sadar akan kesalahannya, bahkan kedzaliman merajalela di mana-mana gara-gara manusia telah menjadi budak hawa nafsu, harta, pangkat, jabatan dan kedudukan.

Al-'abdu yudrabu bil 'asa wa al-hurru yakfi bi al-isyarati. Begitu adagium Arab mengajarkan kepada kita perbedaan antara seorang budak dan orang merdeka. 

Orang merdeka cukup dengan nasehat dan peringatan, sementara budak harus dipukul baru dia mengerti dan melaksanakan apa yang disampaikan atau diperintahkan kepadanya. Maka orang yang tidak bisa dinasehati dengan perkataan dan peringatan, kemudian baru mengerti dengan bahasa pukulan maka kedudukan orang tersebut laksana  sahaya.

Maka apakah kita tidak mengambil pelajaran berharga dari adagium arab tersebut. Allah swt telah memuliakan manusia dengan menurunkan syariat Islam yang mengatur kehidupan manusia secara menyeluruh. Islam juga mengajarkan nilai-nilai kemanusian yang universal. Tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan status sosial masyarakat. Akan tetapi yang membedakan kedudukan manusia di mata Allah adalah derajat ketakwaannya. 

Allah swt berfirman: "Inna akramakum 'indallahi atqaakum." Sesungguhnya orang yang paling mulia kedudukannya disisi Allah adalah yang paling bertaqwa diantara kamu." (QS: Al-Hujurat: 13). Dalam hadits juga disebutkan " innallaha la yandzuru ila ajsaamikum walakin yandzuru ila qulubikum" (Al-Hadits). Sesungguhnya Allah tidak melihat pada jasad kalian tetapi Allah melihat kepada hati kalian."  Wallahu a'lam ishawab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun