Mohon tunggu...
Inamu Dzakiyyatul Jamilah
Inamu Dzakiyyatul Jamilah Mohon Tunggu... Lainnya - Fb : Inamu dzakiyyatul jamilah, Instagram :Inamu_99

Mahasiswi "Ngono yo ngono nanging yo ojo ngono"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kiat agar Belajar Menyenangkan

19 Maret 2018   09:33 Diperbarui: 19 Maret 2018   09:45 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali saja akhir-akhir ini tampak raut wajah para siswa sampai mahasiswa yang cemas ketika menemui pengajarnya yang terkenal dengan tugasnya yang killer, atau tidak hanya tugasnya saja yang killer, orannya ikut-ikutan killer. Hehe

Frase belajar yang menyenangkan menjadi trend baru sebab belajar saat ini belajar yang identik dengan banyak tekanan. Wuh, tekanan? Yah.. sebut saja, cara mengajar guru yang menyeramkan serta monoton menjadi bagian tak terpisahkan dari belajar yang membosankan. 

Hal ini juga ditambah oleh bahan ajar yang terlalu berat sehingga tidak sesuai dengan perkembangan peserta didiknya.  Tak hanya itu saja, penempatan setiap mata pelajaran dalam jam-jam tertentu yang tidak diperhatikan sama sekali. Dari mulai waktu Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas kelas pagi tentu harus di isi dengan mata pelajaran yang dipandang lebih berat muatannya ketimbang kelas siang.

Dengan kata lain, kelas siang sebaiknya harus diisi dengan mata pelajaran yang lebih santai dan tidak menguras pikiran. Penentuan dsedemikian tentunya sangat berpengaruh dalam belajar anak didik , apakah mereka akan menjadi senang dalam belajar ataukah tidak.  

Selain itu, pengelolaan kelas pun juga demikian, kelas yang dikelola dengan baik akan melahirkan proses dan kegiatan pembelajaran yang tidak menyenangkan. Jumlah siswa yang tidak berimbang dengan kapasitas kelas juga kian menambah persoalan proses dan kegiatan pembelajaran.  Keterkaitan belajar mengajar sangat jelas menjadi sebuah perhatian. Boleh saja, ruang kelas tidak terlalu bagus namun bagaimana fasilitas yang ada dalam ruang kelas tersebut menjadi nyaman untuk dimanfaatkan dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Inilah sesungguhnya hal terpenting dari tujuan belajar yang menyenangkan.belajar yang menyenangkan tidak hanya diniatkan untuk senang-senang alias asal belajar.

Belajar yang menyenangkan memberikan makna yang mendasar bahwa suasana yang mendukung pembelajaran yang efektif dan komunikatif antara siswa dan guru merupakan hal yang pasti. Suasana belajar yang bisa membangkitkan semangat belajar anak didik adalah hal pasti. Membangun suasana belajar yang kondusif  serta konstruktif bagi tercapainya tujuan belajar menjadi sesuatu hal yang pasti.

Berikut ini merupakan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan  untuk melahirkan suasana belajar yang menyenangkan :

1. Guru dan siswa membangun semangat kolekif , bahwa belajar itu adalah hiburan yang memberikan pencerahan. Memang tidak mudah untuk mengiyakan secara realitas bahwa pendidikan adalah hiburan. Ya sebut saja membaca adalah hiburan, menulis adalah hiburan, dan seterusnya.

2. Menyiapkan bahan ajar bagi guru bukan lagi sebuah tuntuan tetapi sudah merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri untuk semakin mengetahui lebih banyak hal serta memperluas cakrawala pengetahuan. Bagi guru, menyiapkan bahan ajar seperti harus makan sehingga tidak pernah merasa tertekan. Seolah, menjadi sebuah kebutuhan dan keharusan.

Sedangkan bagi siswa, menerimabahan ajar dari guru juga demikian, selalu direspon dengan rasa senang dan gembira. Dengan kata lain, bahan ajar yang disiapkan sudah pasti mengandung banyak hiburan pendidikan, bukan pendidikan hiburan.

3. Ruang kelas sebagai tempat berinteraksi antara guru dan siswa juga dipandang sebagai wahana untuk saling membangun jarak secara diametral. Ruang kelas menjadi tempat untuk berbagi banyak hal serta menyampaikan ketidaktahuan siswa kepada guru. Guru dalam ruang kelas bukanlah manusia setengah dewa yang mengajari moralitas dan etika.

Guru dalam kelas menjadi teman dan sahabat sejati. Tak ada jarak antara guru dan siswa, kecuali usia yang membedakan atau siapa yang lahir lebih dahulu serta belajar menimba ilmu.

4. Memilih kata yang tepat untuk disampaikan saat proses dan kegiatan belajar pun menjadi penting untuk diperhatikan.

5. Belajar perlu diibaratkan seperti makanan wajib. Tidak belajar sama dengan tidak makan. Karena tidak makan, ini akan membuat perut lapar. Baik bagi guru maupun siswa, belajar tentu harus menjadi langkah mencerahkan. Dengan belajar, segala jalan akan menjadi terang benderang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun