Mohon tunggu...
Mudzakir Ruslan
Mudzakir Ruslan Mohon Tunggu... Mahasiswa di Semarak.news -

ikut arus...

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Menjadi Pengantin Teroris

10 Maret 2017   17:53 Diperbarui: 11 Maret 2017   06:01 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mari berkaca diri, apakah Anda, teman Anda, anak Anda, atau orang-orang yang dekat Anda masuk ke dalam kriteria di atas?

Ingat! Bukan berarti orang-orang yang diluar golongan tersebut tidak bisa direktrut menjadi teroris. Atau sebaliknya, orang-orang yang masuk ke dalam tiga kriteria tersebut belum tentu teroris. Masih banyak faktor lain yang memengaruhi orang untuk menjadi teroris. Kendati demikian, tiga hal di atas lah yang menjadi pertimbangan kelompok teroris, khususnya salafi jihadis untuk merekrut mereka menjadi “pengantin”.

Mengapa anak usia 15-30?

Fakta berbicara, pada usia di atas (BNPT 2015) sekitar 80% dari 600 orang remaja—480 remaja usia 18-30 tahun—telah direkrut menjadi teroris dengan status “pengantin”. Mungkin 120 orang lainnya gagal untuk direkrut. Terlebih secara psikologis kebanyakan anak di usia ini ingin menjadi pusat perhatian. Terlepas dengan cara positif atau negatif. Jika orang tua tidak bisa menyalurkan keinginan anak dan kawanan teroris tahu bahwa anak tersebut berpotensi, bisa saja dijadikan “pengantin”.

Dalam disiplin Sosiologi, ….

Lantas salahkah menjadi seorang anti-sosial?

Tidak. Tetapi ada kalimat bijak mengatakan, “jika ingin tahu kepribadian seseorang, tanya temannya.” Pergaulan anak perlu dikontrol, jika lingkungan sosial mereka buruk, maka peran orang tua diperlukan. Kan malu jika ada tetangga nyeletuk “orang tua kok hanya mau buat, tapi tak mau bertanggung jawab, piye iki?”

Lalu apa hubungannya dengan penyendiri? Anak muda tipe ini lebih sudah di tebak. Jarang yang tahu ia bersosialisasi dengan apa dan siapa. Saja juga bukan psikolog, jadi saya tidak bisa mengatakan apakah kata introvert itu sederajat dengan penyendiri? Anda bisa menyimpulkannya sendiri.

Anak yang pendiam jarang bercerita tentang pengalamannya. Seberapa ser ia bertemu dengan si-perekrut; dengan cara apa ia berkomunikasi, sosial media? Bertemu langsung? Diam-diam tidak ada yang tahu. Anak yang pendiam menyimpan rahasia yang misterius.

Jika saya atheis, apakah saya teroris?

Tidak juga. Dalam kasus ini orang atheis juga bisa menjadi teroris apabila hanyut ke dalam tipu daya para salafi jihadis.

Kira-kira apa motivasi menjadi “pengatin”?

Jika anak muda pada usia ini, uang bukan motivasi utama karena masih banyak yang memiliki tanggungan hidup. Alasan menjadi mujahid abal-abal dalam hemat saya ada dua: (1) ideologi dan (2) cita-cita semu.

  1. Para anak muda yang pemahaman agamanya cetek, mudah untuk di cuci otak; otak mereka mudah di reset. Fakta, seorang anak muda (18) berhasil membuat Manchaster United tak mau singgah ke Indonesia karen meledakkan hotel JW Marriot dan Ritz-Carlton. Para fans pun kecewa…


  1. Mereka tercebak cita-cita semu untuk mati syahid, lalu masuk surga, dan bercumbu dengan para bidadari. Bodong! Tidak ada agama yang mengajarkan umatnya menjadi teroris.

Lalu cara mengatasinya bagaimana?

Banyak cara yang bisa dilakukan, berikut beberapa tips agar tidak jadi teroris, berikut di antaranya

  1. Perbanyak pergaulan positif. Jangan sering menyendiri, tetapi aktif mencari komunitas baru akan memberi banyak manfaat secara manifest ataupun laten.
  2. Mengaji sejak dini untuk memperteguh iman, tetapi mengaji sekarang tidak ada salahnya, yang penting tempat ngajinya bebas dari terorisme.
  3. Pilih bacaan, sekarang tidak sedikit teroris merekut para “pengantin” melalui internet. Penasaran untuk apa saja webnya? Tanya saja Mbah Google.

========================================

Sekedar Informasi

Banyak orang-orang cerdas tapi tak tahu apa itu teroris, apa itu terorisme, dan perintilanlain tentang teror. Teroris diambil dari kata teror yang berarti an overwhelming feeling of fear and anxiety. Jadi teroris itu tidak harus Islam, tidak harus “pengantin” bom, intinya hal-hal yang membuat ketakutan yang berlebih. Tetapi teroris di planet Bumi ini lebih banyak menggunakan bom untuk membuat khalayak takut.

Namun ada yang aneh, teroris di Indonesia kebanyakan berasal dari kalangan pedagang “kaki lima”. Mengapa? Coba lihat seberapa sering kasus bom panci.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun