Mohon tunggu...
Dzakii AlFikri
Dzakii AlFikri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Try Hard

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urgensi Memahami Hadits Berdasarkan Kualitas

28 Desember 2021   12:18 Diperbarui: 28 Desember 2021   12:35 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sumber hukum yang dambil oleh agama islam berasal dari Al-Qur'an dan sunnah. Al-Qur'an memiliki kualitas yang terjamin, karena dari zaman Rasullah SWA. hingga sekarang tidak ada yang diubah bahkan satu huruf. Lain halnya dengan hadits, hadits ditulis secara resmi setelah Rasulullah SAW. wafat tepatnya pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Terdapat waktu yang cukup lama antara Rasulullah wafat dan masa khalifah Umar bin Abdul Aziz sekitar 500 tahun.

Penyebaran berita hoax pada periode akhir-akhir ini membuat para pengguna internet atau biasa disebut sebagai netizen sangatlah khawatir. Hal tersebut tentunya sangat tidak baik, mengingat dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh hoax. Terdapat 4 hal dampak negatif yang ditimbulkan yaitu hoax sebagai pembuang-buang waktu, pengalihan isu, penipuan publik dan pemicu kepanikan sosial. Berita bohong atau hoaks adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Dengan kemudahan informasi yang didapat, pasti ada yang menyebarkan hadits atau menggunakan hadits untuk mencapai tujuannya. Sebagai umat muslim islam mengajarkan kepada umatnya agar memperhatikan dan memfilter informasi yang datang padanya sebelum disebarkan kepada orang lain. Hal ini yang membuat betapa pentingnya memahami hadits berdasarkan kualitas hadits tersebut.

Kualitas hadits dikelompokan sesuai dengan kualiats hadits tersebut. Hadits Maqbul (diterima) memiliki dua macam yaitu pertama shahih dan kedua hasan. Dengan shahih yang tingkat teratas diikuti dengan hadits yang berkualitas hasan. Lalu ada hadits yang berkualitas dhaif (lemah). Bertolak belakang pada hadis maqbul terdapat hadits mardud (ditolak). Hadits ini dikatakan mardud karena tidak memenuhi syarat hadits maqbul. Para ulama membagi dua bagian pada kriteria hadits mardud yaitu hadits dhaif dan maudhu'. Hadits dhaif secara bahasa diartikan sebagai hadtits lemah. Dalam istilah hadits dha'if adalah hadis yang tidak menghimpun sifat hadis hasan sebab satu dari beberapa syarat yang tidak terpenuhi. Jadi hadis dha'if adalah hadits yang tidak memenuhi sebagian atas semua persyaratan hadits hasan dan hadits shahih. Dan hadits maudhu' atau biasa disebut dengan hadits palsu. Tentunya ini menyimpang dari persyaratan hadits shahih, hasan, bahkan dhaif.

Untuk memahami lebih dalam tentang bagaimana kualitas hadits tersebut ditentukan kita bisa belajar tentang ulumul hadits. Dari ulumul hadits ada banyak cabang-cabang yang harus dipahami jika ingin meneliti sebuah hadits. Namun yang akan kita bahas disini adalah urgensi mengetahui hadits berdasarkan kualitas. Zaman sekarang banyak sekali hadits-hadits dhaif bahkan yang palsu beredaran. Contoh ada beredar "orang yang bahagia dengan kedatangan bulan Ramadhan, maka diharamkan bagi neraka untuk menyentuh kulitnya". Ini adalah hadits maudhu' (palsu), jadi harus hati-hati terhadap hadits-hadits palsu. 

Tidak semua perkataan yang baik dari bahasa arab itu hadits. Karena, bisa jadi ungkapan yang menjadi nasihat bagi umat muslim itu bukan hadits melainkan ungkapan dari seorang penyair muslim atau dari seorang ulama besar. Contoh saja beredar tentang uangkapan "makan sebelum lapar berhenti disaat kenyang" itu adalah sebuah ungkapan yang diambil dari kisah seorang dokter kepada rajanya yang sedang melakukan eksperimen menjalani hidup sehat. Atau ada lagi yang juga popular adalah "kebersihan sebagian dari iman". Ungkapan ini juga bukanlah dari hadits, memang perkataan itu sangat positif sekali diterapkan kepada masyarakat umum. Ungkapan "kebersihan dari iman" adalah sebuah syair araba tau yang biasa disebut dengan mahfudzat. Adapun do'a yang diambil dari hadits dhaif contohnya adalah "Allahumma bariklanaa fii rajab wa sy'aban wa balignaa fii Ramadhan". Do'a tersebut haditsnya dhaif, namun jika kita berdo'a tersebut masyaa Allah do'anya sangat baik. Yang tidak diboleh dilakukan oleh umat muslim yaitu berkata bahwa do'a itu datang dari Rasulllah SAW. Disebut hadits dhaif karena diriwayatkan oleh Ziyad An-Numairi diseutkan oleh para ulama ia adalah munkarul hadits, jadi doa tersebut masuk kepada dhaif munkar. 

Berbicara tentang kualitas hadits memang sangatlah Panjang dan lebar. Namun pelajaran yang dapat diambil adalah kehati-hatian kita untuk menjadikan sebuah hadits menjadi dalil. Apalagi zaman sekarang informasi yang sangat mudah didapatkan. Missal, kita rebahan diatas Kasur pun mendapatkan berbagai informasi lewat handphone yang kita buka. Maka yuk kita benahi diri dan terus meningkatkan iman agar terhindar dari yang tidak baik. Dan setiap kita menemukan permasalahan sebaiknya jangan ambil keputusan sendiri, kita harus berdiskusi dulu dengan ahli dalam bidang tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun