Mohon tunggu...
Dian Artharini
Dian Artharini Mohon Tunggu... wiraswasta -

Aku: Tari, 32, ibu dua anak, praktisi UKM, menulis jika bermanfaat, google search: Dzafa Collection.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anto, Anak Seorang Mantan Pejabat

20 Maret 2014   04:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:43 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14132920852037438794

[caption id="attachment_366420" align="aligncenter" width="505" caption="By : http://sourceflame.blogspot.com"][/caption]

Siang itu aku datang kerumah Anto, dia  teman  baik  atau sohib aku sejak masih sekolah di SD dulu,  terus  berlanjut  sampai   SMA  dan   kami  berpisah  sementara   pada  saat  aku  masuk perguruan tinggi di Yogjakarta, karena  Anto sendiri waktu itu  kuliah di salah satu universitas ternama di kota Jakarta. Sohibku Anto ini adalah anak seorang pejabat legislatif di kota tempat kami tinggal, bapaknya  adalah  seorang  Ketua  DPR Propinsi ……  salah  satu  daerah  di Pulau Jawa, tergolong anak manja,  jadi  kalau  bicara  suka berkata : “ ……. kalau babe gue, …… pasti deh kalau dia bicara selalu dimulai atau dicampur-campur dengan kalimat  “babe gue”, sampai sang babe telah meninggal dunia sekalipun, kata-kata “babe gue” itu tidak pernah ketinggalan dalam   khasanah  perbendaharaan  katanya,  sudah  melekat  betul  dan  sudah  seperti  darah daging pada dirinya.

-----

“Apa khabar To?”, kataku. “Eh lu Hen (Hendra itu namaku), tumben lu dateng kerumah gua, ada apa nih, apa ada yang bisa gua bantu?, kata Anto kepadaku. Oh ya perlu aku jelaskan memang selama ini sejak orang tua Anto meninggal dunia, diantara teman-teman alumni si Anto ini dikenal sebagai seorang anggota “seksi repot”, tukang mengurus keperluan teman-teman semua, khususnya urusan pribadi atau rumah tangga mulai dari menjadi juru bicara mewakili teman tersebut kepada teman-teman alumni lainnya, bayar tagihan listrik, air, telepon sampai mengantar undangan perkawinan anak mereka, mengurus izin-izin usaha, mencarikan material bangunan bahkan sampai mencarikan mobil septic tank untuk menguras WC yang penuh, teman-teman semua juga meminta bantuan kepada si Anto ini. Memang itu tidak gratis karena kami tidak segan-segan memberikan imbalan yang pantas. Enaknya dengan si Anto ini karena dia anak mantan Ketua DPR jadi pergaulannya di kota kami cukup luas, bisa masuk kesana-kesini dengan lancar namun tidak urung juga dengan cara menjual nama sang “babe gue” itu.

-----

Diantara teman-teman semua yang laki-laki, si Anto yang paling senior dalam artian yang paling terlambat menikah, sampai dia berumur 45 tahun lebih, sudah menjadi bujang lapuk dan karatan baru dia melaksanakan pernikahan. Cukup menyedihkan memang nasib kehidupan Anto sejak ditinggal meninggal dunia oleh orang tuanya almarhum yang laki-laki (mantan Ketua DPR) tersebut. Kehidupannya menjadi morat-marit, kuliah tidak selesai karena hengkang sebelum waktunya, bekerja juga ngalor ngidul tidak ada pekerjaan tetap, tapi kalau bicara tetap tinggi seperti layaknya seorang dari kalangan anak pejabat, tidak lupa kata “babe gue” tidak pernah ketinggalan dia ucapkan, tidak salah sih karena memang Anto itu anak mantan pejabat walau sudah almarhum.

-----

Kesimpulan : Jabatan yang tinggi dalam karir itu memang dicari dan didambakan oleh semua manusia normal, namun jangan sampai jabatan itu membuat menjadi suatu ketergantungan pada anak-anak kita, membuat mereka tidak bisa mandiri atau tidak bisa untuk menjadi dirinya  sendiri, tidak masalah kalau kita masih menjadi pejabat, tapi akan menjadi masalah besar bagi anak-anak itu kalau kita sudah tidak menjabat lagi, telah copot dari jabatan tersebut atau kita telah meninggal dunia, jangan sampai kehidupan dan masa depan anak-anak kita itu seperti halnya si Anto sohib kami tersebut.

-----

Bandung, 19 Maret 2014

-----

+++TARI+++


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun