Mohon tunggu...
Dian Artharini
Dian Artharini Mohon Tunggu... wiraswasta -

Aku: Tari, 32, ibu dua anak, praktisi UKM, menulis jika bermanfaat, google search: Dzafa Collection.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pelaku UMKM, Jangan Mau Dibodoh-bodohi

9 April 2014   16:37 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:52 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1413217328505584367

[caption id="attachment_366196" align="aligncenter" width="550" caption="By : http://anang-elnino.blogspot.com"][/caption]

Sebetulnya kata bodoh itu sendiri mempunyai arti : (1) tidak lekas mengerti; tidak mudah tahu atau tidak dapat mengerjakan ; (2) tidak memiliki pengetahuan (pendidikan, pengalaman) ; (3) tidak mau mengikuti nasehat orang lain yang nasehat itu dianggap oleh orang lain tersebut benar. Namun terlepas dari definisi itu yang jelas kata dibodoh-bodohi itu mengandung makna kita dibuat menjadi bodoh dan ikut saja serta pasrah untuk mengikuti apa kemauan dari perbuatan orang lain yang merasa dirinya lebih pintar dari kita, dimana orang lain tersebut memandang kita dengan sebelah mata, atau dengan derajat yang lebih rendah dan kecil.

-----

Sungguh pelaku UMKM itu hakekatnya punya bargaining power yang tinggi, hanya saja belum ada wadah yang dapat mempersatukan dan mengayominya, kalau cuma sendiri-sendiri jelas tidak akan ada kekuatan ibarat lidi semakin banyak lidi disatukan akan membuatnya menjadi sebuah sapu dan kekuatan sapu inilah yang siap menyingkirkan semua kotoran yang berserakan dijalan. Dari sisi kekuatan ekonomi nasional maka para pelaku UMKM adalah penguasa tunggalnya, dari sisi penciptaan kesempatan kerja maka para pelaku UMKM yang jadi rajanya. Pemerintah tidak akan ada daya kekuatannya tanpa adanya sumbangsih para pelaku UMKM. Andainya para pelaku UMKM seluruh Indonesia melakukanmogok usaha selama satu hari kerja saja, maka ekonomi nasional langsung menjadi lumpuh total dan kerugian negara bisa triliunan rupiah, tapi bukan itu tujuan kita, yang jelas dengan adanya kekompakan dari para pelaku UMKM maka kita bisa punya bargaining position yang sangat diperhitungkan, tidak dapat dianggap remeh lagi.

-----

Suatu contoh sederhana saja, kalau anda tahu mall-mall besar, toko-toko serba ada besar, toko-toko yang pakai ujung nama Mart dibelakangnya, semuanya membeli barang kepada para pelaku UMKM dengan cara hutang atau istilah kerennya konsinyasi, tidak ada mereka yang beli tunai, jadi kita para pelaku UMKM sebetulnya adalah pemasok utama mereka. Kita tidak bicara soal gula, kopi, terigu, mie instan dan lain sebagainya karena itu merupakan produksi para konglomerat, tapi barang-barang lainnya selain dari barang-barang produksi konglomerat itu adalah produksi kita para pelaku UMKM. Bagaimana kalau kita mogok selama sebulan saja dengan tidak memberikan pasokankepada mall-mall atau toko-toko serba ada besar tersebut, dijamin mereka semua langsung kollap bahkan bisa langsung bangkrut.

-----

Kalau kita sudah tahu siapa diri kita, tahu kekuatan dahsyat yang kita punya, sekarang bukan waktunya kita mau dibodoh-bodohi lagi, mari kita galang kekuatan itu, kita reformasi internal diri kita sendiri sehingga kita bisa menjadi pelaku UMKM generasi baru yang lebih percaya diri menyongsong masa depan dan kalau kita diperlakukan secara tidak baik atau tidak adil oleh para konglomerat yang sudah “Pintar” semua itu, kita harus mampu bersatu mengatasinya, kita galang kekuatan kita, karena kalau kita semua bisa bersatu maka aktivitas atau asset milik seluruh konglomerat sekalipun bukan apa-apanya jika dibandingkan dengan kita, ini karena jumlah kita memang lebih banyak dari mereka, jangan kita jadi “bodoh” dan mau “dibodoh-bodohi” lagi.

-----

Bandung, 09 April 2014

-----

+++T A R I+++

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun