Mohon tunggu...
Dzaky AsyamSyafiq
Dzaky AsyamSyafiq Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Hubungan Internasional

Manusia selalu dalam tahap pengembangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sunnah sebagai Sumber Etika Peradaban

17 September 2020   20:14 Diperbarui: 17 September 2020   20:21 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tanda-tanda berkembangnya suatu peradaban adalah terdapat komunitas yang aktif dan kreatif dalam menghasilkan sesuatu yang baru baik dari segi keilmuan ataupun penemuan. Perkembangan teknologi canggih di segala bidang kehidupan pada zaman sekarang menunjukkan perkembangan peradaban manusia yang pesat. Namun sayangnya dengan kemajuan teknologi yang bahkan memudahkan manusia untuk melakukan kegiatan-kegiatan hariannya, moral manusia justru cenderung menurun. 

Melihat dari sudut pandang kita sebagai Muslim, banyak sekali kita lihat gaya pakaian manusia yang minim terutama bagi kaum wanita, kemajuan dalam bidang telekomunikasi yang justru cenderung sebagai tempat mempertontonkan acara yang memiliki nilai impolite, teknologi yang disalahgunakan maupun disalahartikan. Semua ini terjadi karena pembangunan peradaban yang berfokuskan kepada kemajuan materi dan intelektual saja dan tidak disertai dengan spiritualitas atau kepercayaan yaitu agama.

Para sarjana muslim kontemporer umumnya menerima pendapat bahwa agama adalah peradaban, menolak agama adalah kebiadaban. Sayyid Qutb menyatakan bahwa keimanan adalah sumber peradaban. Meskipun dalam peradaban islam struktur organisasi dan bentuknya secara material berbeda-beda, namun prinsip-prinsip dan nilai-nilai asasinya adalah satu dan permanent. 

Prinsip-prinsip itu adalah ketaqwaan kepada Tuhan (taqwa) keyakinan kepada keesaan Tuhan (tawhid) supremasi kemanusiaan diatas segala sesuatu yang bersifat material, pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dan penjagaan dari keinginan hewani, penghormatan terhadap keluarga,menyadari fungsinya sebagai khalifah Allah di Bumi berdasarkan petunjuk dan peintahNya (syariat) (Zarkasyi, 2010)

Malik bin Nabi mendampingkan definisi peradaban Islam dengan unsur-unsur utama yang membentuknya. Di antara unsur-unsur pembentuk itu adalah manusia, waktu dan tanah. Unsur manusia adalah unsur pembentuk terbesar dalam sebuah peradaban, termasuk peradaban Islam. Dalam hal ini tentunya kualitas manusia atau individu akan menentukan kualitas peradaban yang dibangunnya. 

Dalam setiap individu Muslim yang berperan sebagai unsur utama dalam peradaban, sudah semestinya tertanam konsep tauhid yang menjadi fokus utama peradaban Islam tadi. Jadi, peradaban Islam adalah peradaban yang memiliki konsep tauhidi, yang meniadakan dikotomi antara fisik dan ruhani, atau dunia dan akhirat. Sedangkan asal mula konsep tauhid ini adalah keimanan kepada Allah. Maka, sebenarnya peradaban Islam tidak hanya dibangun oleh unsur manusia saja, namun yang paling penting adalah unsur yang ada di dalam diri manusia itu sendiri, yaitu keimanan. Dengan demikian, peradaban Islam tidak dapat dipisahkan dari unsur Tuhan.

Dalam epistemologi Islam, sumber pengetahuan utama adalah Allah, atau yang dalam hal ini adalah wahyu. Pengetahuan yang bersumber dari Allah tersebut dapat diperoleh melalui indera yang sehat, berita yang benar berdasarkan otoritas, akal sehat dan hati. Indera yang sehat ini mencakup indera luar dan indera dalam.

 Akal sehat pada dasarnya berfungsi untuk mengolah apa yang diterima oleh indera tadi. Apa yang diterima oleh indera akan dinilai oleh akal sehat sesuai dengan tingkat kelogisannya. Namun sebenarnya fungsi akal tidak sebatas sampai di situ saja. Akal sendiri sejatinya adalah substansi spiritual yang inheran dengan organ spiritual yang biasa kita sebut dengan hati, yang mana berfungsi sebagai penerima pengetahuan intuitif. Jadi, pada intinya akal dan intuisi selalu berhubungan dan tidak ada dikotomi antara keduanya.

Meski terjadi perbedaan dalam cara memperoleh pengetahuan, namun pada dasarnya semuanya pengetahuan itu berasal dari satu sumber, yaitu Allah. Dalam hal ini Al-Qur'an telah menjelaskan: "Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, "Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!" (QS. Al-Baqarah: 31).

Sumber pengetahuan yang berasal dari Allah tadi ditransfer kepada manusia dalam bentuk wahyu. Dalam Islam, wahyu Allah tertuang di dalam Al-Qur'an dan Hadits Rasul. Kedua sumber ini yang selanjutnya menjadi landasan utama dalam epistemologi Islam sekaligus peradaban Islam. Kedua sumber ini banyak menginspirasikan lahirnya ilmu-ilmu. Sebagai contoh, Allah berfirman: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia. Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al-Baqarah: 1-5).

Dalam khasanah intelektual sunnah sangat dengan peradaban, secara luas, dapat dijumpai beberapa petunjuk Nabi saw dalam sunnah yang mengarah pada persoalan fikih peradaban, perilaku beradab, dan bangunan peradaban.13 Fikih peradaban (al-fiqh al-hadhari) menurut Yusuf al-Qardhawi adalah fikih yang menghantarkan manusia dari pemahaman yang dangkal (primitif) menuju pemahaman yang luas dan mendalam mengenai alam dan kehidupan.14 Dengan rumusannya seperti ini, maka rambu pertama bagi fikih peradaban adalah ayat dan hukum alam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun