Mohon tunggu...
Rizal Zaelani
Rizal Zaelani Mohon Tunggu... -

Petualang Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pesan untuk Semua Pendusta

20 Mei 2012   02:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:05 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang yang menceritakan kisah ini berkata "Sahabat ayah saya menceritakan kisah ini, ia berkata "Pada suatu ketika, saya duduk di sebuah daratan, saya menghadapkan pandangan kian kemari melihat mahluk ciptaan Alloh swt, saya merasa takjub akan keindahan ciptaan Alloh Yang Maha Pengasih. Mata saya tertuju ke seekor semut yang ada di sekitar saya. Semut itu mencari sesuatu yang tidak ia ketahui, akan tetapi ia tetap mencari dan mencari. Semut itu tidak pasrah dan tidak pernah jemu dan bosan. Dalam pencariannya, semut itu menemukan belalang, tepatnya kaki belalang. Semut itu berusaha memindahkannya ke tempatnya dengan cara dan aturan di alam semut. Semut itu berusaha keras, terus berusaha dan berusaha. Ketika semut itu tidak kuasa untuk membawanya, semut itu pergi entah kemana, ia menghilang. Tidak berapa lama semut itu kembali membawa sekelompok besar semut-semut yang lain. Ketika aku menyaksikan semut-semut itu, aku sadar bahwa semut itu memanggil dan meminta bantuan mereka untuk membawa sesuatu yang sulit untuk ia bawa. Aku ingin sedikit menghibur diri, maka aku mengambil kaki belalang itu dan menyembunyikannya.  Kemudian semut-semut itu mencari kaki belalang tersebut kesana kemari hingga mereka putus asa tentang keberadaannya, kemudian mereka pergi. Beberapa saat kemudian semut itu kembali, ia berada dihadapan kaki belalang itu, ia berkeliling dan memperhatikan sekitarnya. Kemudian semut itu berusaha menariknya kembali. Semut itu terus berusaha dan berusaha hingga tak mampu. Kemudian ia pergi lagi, pergi untuk memanggil masyarakat semut yang lain untuk membantu mengangkatnya. Kemudian sekelompok semut datang, bersama seekor semut yang menurutku dialah pemeran utama dalam kisah ini, kelompok semut-semut itu adalah kelompok semut yang pertama kali datang. Ketika aku memperhatikan semut-semut itu, aku tertawa kecil. Lalu aku mengambil kaki belalang itu dan menyembunyikannya. Mereka mencarinya kesana kemari. Mereka mencari dengan tulus ikhlas. Semut-semut itu terus mencari dengan segenap kemampuan yang ada pada mereka. Semut-semut itu terus berkeliling kesana kemari, melihat kekiri dan kekanan, mungkin saja mereka melihat sesuatu, akan tetapi tidak ada apa-apa disana, karena saya telah menyembunyikan kaki belalang itu dari pandangan mereka. Kemudian gerombolan semut  itu berkumpul setelah mereka bosan  mencari. Kemudian mereka menyerang seekor semut, mereka memotong-motongnya dihadapan saya, saya menyaksikannya dalam keadaan takjub. Mereka mebunuh semut malang itu. Semut-semut itu mencabik-cabik dihadapan saya. Semut itu dibunuh karena saya. Menurut saya semut-semut itu membunuhnya karena mereka menyangka bahwa semut malang itu telah berdusta pada mereka. Mahasuci Alloh, bahkan bangsa semut sekalipun melihat dusta itu sebagai sesuatu kekurangan, bahkan kesalahan besar yang mesti dijatuhkan hukuman bagi pelakunya. Lalu bagaimana dengan kita manusia? masihkah kita berdusta? semoga bermanfaat Happy weekend #kisah diangkat dari buku Syaikh Mahmud Al Mishri#

13374813801040869765
13374813801040869765

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun