Mohon tunggu...
Dyyah Arum
Dyyah Arum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Travelling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Global Boiling Bikin Merinding

18 Desember 2023   14:16 Diperbarui: 18 Desember 2023   14:43 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selamat tinggal Pemanasan Global. Namun, ini bukan kabar baik untuk kita karena ternyata saat ini bumi telah memasuki Era Pendidihan Global atau Global Boiling. Melansir dari World Meteorgical Organization (WMO) and Europian Commissions Copernicus Climate Change Service (C3S)  menyatakan bahwa Juli 2023 menjadi bulan terpanas sepanjang sejarah dunia. Suhu global rata-rata tercatat kondisi bumi mengalami kenaikan sekitar 1.5C. Fenomena ini disebabkan karena pembakaran bahan bakar fosil yang diperburuk dengan cuaca panas yang ekstrem. Fakta yang mengkhawatirkan juga ialah suhu permukaan lautan yang juga mengalami peningkatan hingga level tertinggi.

Krisis iklim adalah pemanasan global yang menyebabkan suhu dan cuaca mengalami perubahan yang mana terjadi hampir di seluruh belahan bumi. Krisis iklim tidak bisa dianggap permasalahan yang enteng. Gelombang panas, polusi udara, banjir, kebakaran hutan, kekeringan menjadi bukti nyata krisis iklim. Gelombang panas membuat sebagian negara di dunia mengalami kebakaran hutan dan kekeringan yang menewaskan banyak korban. Selain itu, juga memberikan dampak pada kesehatan misalnya dehidrasi, sesak napas, ketidakamanan pangan, malnutrisi, penyakit menular, dan lain-lainnya. Untuk mengatasi dampak di atas sudah sebaiknya kita melakukan inovasi di sektor pertanian untuk tetap bisa menghasilkan produk yang efektif, efisien, dan berkualitas walaupun persediaan air berkurang.

Polusi udara disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil yang terus meningkat. Bahan bakar fosil biasa digunakan dalam bidang industri, bahan bakar kendaraan, kereta api, pesawat dan sebagainya. Penggunaan energi fosil berkontribusi meningkatkan pemanasan global dan memperburuk polusi udara yang menyebabkan penyakit paru-paru, gangguan penglihatan, penyakit jantung hingga kematian. Polusi udara juga bisa disebabkan karena kebakaran hutan dan lahan. Pemerintah bisa mengurangi polusi udara tersebut dengan hujan buatan.

Banjir juga menjadi isu yang perlu diperhatikan karena meregut banyak nyawa dan harta. Faktor utama banjir sendiri disebabkan oleh manusia. Manusia masih belum sadar akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya. Manusia juga malas untuk membuang sampah sesuai jenisnya, misalnya organik atau anorganik. Padahal dengan pemilahan sampah tersebut manusia bisa melakukan pendauran ulang yang bisa dimanfaatkan kembali. Selain itu, penggunaan barang sekali pakai seperti plastik menjadi hal yang dianggap biasa. Plastik sendiri memerlukan waktu ratusan tahun supaya bisa terurai. Jika plastik dibakar maka akan menambah emisi karbon yang menyebabkan lapisan ozon semakin tipis. Kita juga harus melakukan reboisasi pada hutan dan juga membuat tempat hijau di kota-kota supaya pohon-pohon yang ditanam dapat menyerap emisi karbon dengan efektif.

Krisis iklim menyebabkan suhu di bumi menjadi lebih panas. Salah satu halnya membuat wilayah kutub mengalami peningkatan suhu. Karena itu, gletser di kutub banyak yang mencair dan membuat permukaan laut meninggi. Satwa di kutub juga mulai terancam karena pemanasan global mengakibatkan lapisan es mencair, sehingga satwa di kutub kehilangan habitat hidupnya dan makanannya. Hal itu membuat satwa khas kutub akan punah secara perlahan-lahan.

Transisi energi bersih itu "labuda" tidak bisa ditolak, tidak ada tawar menawar, ini harus kita lakukan jika tidak kita akan terlambat untuk memperbaiki kehidupan. Penggunaan energi terbarukan dimaknai sebagai perwujudan Islam "Rahmatan Lil Alamin" yang wataknya menjaga dan merawat kehidupan seluruh alam. Upaya yang dapat dilakukan ialah mengurangi penggunaan batu bara dan energi fosil yang menjadi penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar kedua setelah sektor industri. Penggunaan PLTS, PLTA, dan biomassa untuk semua sektor akan meningkatkan efisiensi energi yang berarti membutuhkan sedikit energi. Penggunaan moda transportasi umum, bersepeda, dan jalan kaki dilakukan untuk meminimalisir polusi dan jejak karbon.

Sementara itu, kita ketahui sekarang Indonesia mendekati masa pemilu tahun 2024 di mana merupakan momentum dalam memilih bacapres mana yang benar-benar peduli terhadap krisis iklim. Kebijakan pemerintah dalam memerangi krisis iklim sudah seharusnya dilakukan melihat kondisi negara Indonesia seperti sekarang ini. Polusi udara, kebakaran hutan dan lahan, banjir, dan sebagainya menjadikan pokok permasalahan yang harus segera diatasi. Mengingat pemerintah masih ingkar janji dengan komitmen mengatasi krisis iklim dan perkataannya sendiri. Bijaklah dalam menggunakan hak suara kalian, karena "mereka yang terpilihlah" yang menentukan kebijakan penanganan masalah ini ke depannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun