Sekarang ini jika membicarakan perbedaan entah itu warna kulit, warna rambut seringkali menjadi pertentangan apalagi jika sudah menyangkut tentang perbedaan agama, akan menjadi sesuatu yang benar-benar sensitif dan selalu menimbulkan perdebatan panjang yang tak kunjung usai.Apalagi saat ini segala sesuatu suka dipelintir-pelintir sehingga perdebatan tak terhindarkan. Saya pribadi sih sering melihat hal itu hanya lewat media saja , dimana orang-orang kadang sampai gontok-gontokan tentang soal perbedaan, sementara dalam kehidupan nyata kami didalam masyarakat hal-hal seperti itu tak pernah terjadi.
Melalui tulisan ini saya tak hendak mem perdebatkan apapun menyangkut hal perbedaan ini, tetapi hanya berbagi pengalaman apa yang kami rasakan dalam perbedaan. konon juga kabarnya daerah tempat asal dan kami tinggal ini memiliki tingkat toleransi yang tinggi dalam menyikapi perbedaan, dan hal ini bukanlah isapan jempol saja tapi bisa dibuktikan dalam kehidupan nyata. namun tentunya sebuah toleransi yang wajar bukan toleransi yang kebablasan, saling menghargai satu sama lain itu inti nya.
Saya ingat, dulu dari sd sampai sma saya punya seorang teman nama nya Ros, dia dan keluarganya seorang katholik. keluarga mereka perantauan - ayahnya seorang tentara. Oleh kakek saya diangkat anak , pikiran kakek saya sederhana -orang mau baik sama kita ,sudah menganggap seperti orang tua kenapa kita mesti menutup diri . -hubungan kekeluargaan dekat sekali . tak pernah sama sekali saya dengar kakek menyinggung-nyinggung soal agama apalagi memperdebatkan .bagi kakek tak mengganggu keyakinan satu sama lain itu sudah cukup.  Ros juga sahabat saya , kami satu kelas dari sd. selain Ros ada juga teman lain yang non muslim, sudah terbiasa sejak dulu kebiasaan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, siswa non muslim dipersilahkan berdoa sesuai agama nya. Oleh guru agama teman non muslim diberi pengecualian -mau mengikutin pelajaran agama silahkan , atau tidak juga silahkan. toh pada kenyataannya kadang-kadang Ros tetap mengikuti dan sampai sekarang Ros tetap katholik yang taat.
Di tahun awal pernikahan kami dulu, pernah bersebelahan rumah juga dengan orang thionghoa beragama budha, istrinya kristen -hubungan kami baik sekali , saling berkirim makanan sesuatu yang biasa. mereka juga tahu koq apa yang halal dan tidak halal buat kita. setiap idul fitri mereka selalu bersilaturahmi -begitu juga sebaliknya kalau mbak tetangga sebelah natalan kita juga berkunjung
Tak hanya sampai disitu, dilingkungan perumahan tempat tinggal orang tua saya malah hampir 30 persen nya adalah warga non muslim, mereka terdiri dari macam-macam suku tapi yang paling mendominasi adalah warga berwajah oriental. karena disana ayah ibu saya termasuk sepuh jadi mereka juga di"tua" kan, bukan sesuatu yang aneh jika tetangga yang non muslim mengunjungi orang tua saya, kalau lebaran jangan ditanya yang ikutan ngider keliling kampung bukan cuma warga muslim yang lagi lebaran, juga bukan hal aneh jika melihat anak-anak bermata sipit juga ikut, begitu juga dalam hubungan sosial kemasyarakatan -saling mengundang jika ada hajatan, saling mengunjungi jika ada yang sakit. bahkan teman saya yang tetangga juga , asli kristen batak toba pas sudah lebaran kemarin mengingatkan saya untuk jangan kebablasan lebaran melulu, puasa syawal jangan lupa ntar kelewatan .
Bahkan dulu suami saya juga pernah, adalah sekitar 3 atau 4 tahunan diminta mengajar di perguruan methodist dan perguruan HKBP di kota kami, tak ada koq tanya -tanya soal agama, atau saling singgung , tidak diatur-atur juga masalah memimpin siswa yang berdoa, -yang penting menjalankan tugas dengan baik dan benar titik.
Jika ingin diceritakan semua mungkin tak cukuplah halaman kompasiana ini. tapi begitulah sedikit gambaran tentang perbedaan yang kami alami .perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat tidak dapat terhindarkan, saling menghargai satu sama lain dengan cara yang sewajarnya tak ada salahnya kan. agama adalah hak masing-masing individu -terlepas dari benar atau salah biarlah menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing dihadapan TUHAN. satu hal yang kami pegang BAGI KU AGAMA KU, BAGIMU AGAMA MU -bukankah berbeda itu indah.....Salam damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H