Mohon tunggu...
Dahlia Yustina
Dahlia Yustina Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

simple - ada di : http://www.pondokdumeliadytna.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengemis dan Tukang Becak

23 Juli 2014   08:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:30 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Judul pengemis dan tukang becak diatas bukanlah sebuah judul film yang pernah dibintang oleh Christine hakim dan lukman sardi kecil ,walaupun pernah nonton film tersebut ditelivisi tapi aku sudah lupa jalan cerita dari film tersebut, yang kumaksukan disini adalah hanya ingin mengajak untuk melihat satu sisi kehidupan yang ada di sekitar kita.

Kejadian yang kualami tadi malam , mengingatkanku pada beberapa kejadian yang pernah aku alami.dan aku yakin para kompasianer pernah bahkan sering mengalami kejadian-kejadian seperti yang aku alami. tadi malam sehabis terawih aku membeli gorengan di tempat para penjaja makanan biasa mangkal didekat stasiun. Saat aku sedang menunggu penjual gorengan menyiapkan pesananku, tiba-tiba aku didatangi  oleh dua bocah lelaki berumur sekitar sepuluh tahun , kedua bocah itu mendekatiku...

Bocah     : bu...kasian bu...belum makan bu...

Sebenarnya aku sudah hendak membuka dompetku , tiba-tiba penjual gorengan mencegahku "bu jangan dikasih, anak-anak itu mengemis buat ngelem " aku terkejut mendengar perkataan penjual gorengan ,"iya bu, sebetulnya anak-anak ini bukanlah anak miskin ,ibunya juragan sayur dipasar induk " aku mengurungkan niatku memberi uang pada dua bocah tersebut yang nampaknya tidak peduli apa yang dikatakan oleh penjual gorengan, mereka terus membujukku untuk meminta uang, bahkan bocah yang satunya berani menarik-narik ujung bajuku, aku mulai kesal  "nggak ada uang kecil " aku ngomong sekenanya, "uang gede nggak pa..pa bu, ada koq kembaliannya " salah satu bocah menjawab dengan entengnya, penjual gorengan marah dan mengusir kedua anak tersebut.

Kejadian berikutnya...suatu hari rumahku didatangi oleh seorang laki-laki berumur sekitar tigapuluh tahun, kupersilakan laki-laki itu duduk  diteras saja. Laki-laki itu menunjukkan satu berkas fotocopian yang sudah tidak bisa dibaca lagi, dia bilang bahwa dia dari sebuah yayasan yang mengurusi anak-anak yatim piatu didaerah Madura, ditugaskan oleh yayasannya untuk mengumpulkan dana bantuan dari warga.dalam hati aku membatin dari Madura jauh amat ya, apa nggak berat diongkos...melihat gelagatnya aku merasa harus berhati-hati. "mas maaf ya...kami warga disini dari kelurahan mengharuskan  kalau ada yayasan yang membutuhkan bantuan dari warga harus ada surat rekomendasi dari ketua rt " kataku , " sudah bu..tadi saya sudah mendatangi rt, tapi ketua rt nya sedang keluar "lelaki petugas yayasan berusaha meyakinkanku. " tuh pak rtnya...."jawabku, sambil menunjuk kakak iparku yang sedang mencuci motornya di depan rumahnya, kakak iparku adalah ketua rt dilingkungan kami,petugas yayasan tersebut lansung ngibrit, rupanya dia tidak melihat ada tulisan KETUA RT dibawah pohon mangga.

Peristiwa yang lain...wanita ini kira-kira sebaya denganku, dia memang selalu datang ketempat usaha kami, biasanya sih aku tidak berpikiran aneh-aneh, setiap kali dia datang selalu kuberi walaupun Cuma ala kadarnya, motifnya pun hampir sama,ngakunya dari yayasan yatim piatu didaerah mana yang aku tidak tau tempatnya. Suatu sore ketika aku memasuki sebuah supermarket, kulihat wanita itu sedang berdiri dikasir, rupanya dia baru selesai belanja, troly nya penuh dengan belanjaan, ada beberapa botol besar softdrink merk terkenal, pembalut kantong besar dan lain-lain yang bukan kebutuhan pokok. Ditangannya tampak menenteng satu kantong plastik dari restoran cepat saji yang didalamnya berisi dua kotak ayam goreng. Wanita itu kusapa dia Nampak terkejut melihatku, sejak saat itu wanita itu tidak pernah datang lagi.

Ketika kejadian-kejadian itu kuceritakan pada suamiku, beliau malah menceramahiku "mama silakan saja mau bersedekah,membantu berapapun silakan, tapi yang pintar dong ,itukan tidak mendidik masih banyak orang lain yang benar-benar butuh bantuan bla...bla " tadinya aku protes bukankah perihal mendidik orang-orang seperti itu adalah urusan negara, tugasnya dinas sosial...

Bahkan sudah sejak lama banyak sekali ibu-ibu yang sering membawa kotak kotak amal yang tidak jelas darimana asalnya, sekarangpun banyak sekali wajah-wajah baru yang suka berkeliling apalagi menjelang lebaran saat ini. Terus terang saja terkadang aku merasa serba salah , kalau nggak ngasih nanti dibilang pelit, apalah artinya uang sedikit, tapi disisi lain mereka adalah orang-orang yang sehat bahkan gemuk. pernah suatu kali aku hampir terkena timpukan batu hanya karena aku memberi seorang pengemis tidak sesuai dengan keinginannya.

Suatu hari aku dan suamiku bertemu dengan seorang laki-laki tua pengayuh becak, dia tampak begitu lemah menarik becaknya. Tiba-tiba suamiku berkata "tuh bapak itu yang wajib mama bantu " aku jadi tercenung memandang bapak tua penarik becak itu, dia sudah sanggat tua dan lemah, tapi masih bekerja mencari uang, dalam hati aku bertanya ,kemana anak-anak bapak ini...? Apakah beliau tidak punya anak...?  Tanpa terasa mataku terasa hangat, aku jadi teringat ayahku...terimakasih  ya allah, diusia ayahku yang sudah senja beliau bisa istirahat menikmati hidup bersama anak-anak dan cucunya. bapak tua penarik becak lebih mulia dan masih banyak orang -orang seperti penarik becak ini yang tetap selalu berusaha tanpa meminta-minta. salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun